Wartawan merupakan profesi mulia, bergensi dalam melakukan kegiatan jurnalistik, dimana dengan informasi medianya dapat mempengaruhi opini publik. Berpengaruh terhada sikap dan perilaku hingga cara berfikir publik terhadap sesuatu.
Jurnalistik sebagai disiplin ilmu tentunya mempunyai norma dan kaedah yang berhubungan dengan disiplin ilmu lainnya. Misal, mesti tunduk dengan aturan Bahasa Indonesia dan hukum yang berlaku. Tertulis maupun tidak terulis.
Saat ini dalam implementasinya, media yang ‘menelorkan’ karya jurnalistik, sedikit ada pergeseran marwah. Dimana wartawan dan dengan medianya mulai dapat dipengaruhi untuk diharapkan mempengaruhi publik. Mungkin dari sinilah timbul ide tulisan, mengapa hal itu bisa terjadi pergeseran antara obyek dan subyek. Salah satu kawabannya adalah, fungsi media massa atau pers sebagai lembaga ekonomi yang membutuhkan keuntungan ekonomi sebagai bisnis.
Apalagi dalam kondisi saat ini, pendapatan perusahaan kian melemah, dengan menjamurnya media massa. Dengan kondisi mendua yang ada, maka pertanyaannya, apakah pola fikir wartawan yang melakukan kegiatan jurnalistik itu berpola fikir sains ataukah rasional?
Mari kita coba subuk. Salah satu karya jurnalistik itu berbentuk tulisan dan banner. Dalam mewujudkan karya intelektual itu, tentunya awak media memerlukan pola fikir sains atau rasional.
Pola Fikir Sains
Pola fikir sains adalah suatu metode pengkajian yang dapat ditempuh, agar seseorang sampai pada tahap mengetahui hakikat sesuatu yang diteliti. Kita sebutlah seseorang itu adalah jurnalis.
Tentunya melalui berbagai macam percobaan ilmiah. Tetapi proses pencapaiannya hanya berlaku bagi benda- benda yang bersifat materi (fisik) dan tidak terhadap ide-ide (abstrak). Disini tampak, pola pikir sains tidak dapat memberikan informasi misalnya, “soal dugaan serangan mahluk halus di suatu desa x”.
Pola fikir sains sebagai paradigma yang paling mendasar, yang harus diperhatikan dalam pola fikir ilmiah (Sesuai etika ilmiah). Ini mengingat tugas seorang jurnalis melaksanakan profesi intlektual. ini dapat ditetapkan dengan cara memperlakukan benda pada situasi/keadaan tertentu. Bukan pada situasi atau kondisi yang alami.
Hasil yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan hasil percobaan. Pada situasi atau kondisi alami yang telah ada (kontrol). Dari hasil percobaan yang diperoleh serta perbandingan yang dilakukan, dapat diambil suatu kesimpulan tentang hakikat benda yang diteliti dan dapat diserap oleh indera.
Pola pikir sains mengharuskan adanya “peniadaan” terhadap segala bentuk informasi yang diperoleh sebelumnya, tentang materi yang diteliti. Selanjutnya dilakukan pengamatan dan eksperimen.
Pola pikir mengharuskan seorang jurnalis yang hendak melakukan peneitian, terlebih dahulu harus meniadakan setiap pandangan, pendapat ataupun keyakinan tentang materi yang telah dihasilkan melalui eksperimen sebelumnya. Berikutnya melakukan pengamatan dan eksperimen, studi komparasi, klasifikasi sampai mencapai suatu kesimpulan yang diperoleh berdasarkan tahapan (Proses) ilmiah.
Hal itu biasanya dipakai jurnalis dalam melakukan investigasi repot yang akan dituangkan dalam bentuk berita, terutama saat hasil kesimpulan yang tetap menjadi kesimpulan.
Kesimpulan yang dihasilkan pola fikir sains, merupakan kesimpulan yang bersifat dugaan, tak pasti serta mengandung ‘faktor kesalahan’.
Pola Fikir Rasional
Sebelum kita lanjut pada pola fikir rasional, perlu kita ingat secara singkat disebutkan, jurnalistik merupakan kegiatan penyiapan, mencari, mengumpulkan mengolah, menyajikan penulisan, penyuntingan dan penyampaian berita kepada khalayak melalui saluran media.
Sementara jurnalis/ wartawan merupakan seseorang atau kelompok yang melakukan kegiatan jurnalistik seperti menulis, menganalisis, dan melaporkan suatu peristiwa kepada publik lewat media massa secara teratur.
Pola fikir rasional adalah suatu metode pengkajian yang dapat ditempuh, agar seseorang sampai pada mengetahui hakekat sesuatu yang dikaji melalui indera yang menyerap obyek. Proses penyerapan melalui panca indera menuju otak, dibantu oleh pengetahuan atau informasi sebelumnya yang akan menafsirkan dan memberikan keputusan (Sikap) atas fakta tersebut.
Keputusan ini dinamakan pemikiran. Pemahaman yang diperoleh akal secara langsung, dapat melalui pengkajian materi atau obyek yang didapat melalui indera maupun yang bukan dari materi (Abstrak). Inilah metode alami yang ada dalam diri manusia untuk memahami segala sesuatu, yaitu dengan terbentuknya pemikiran atau pemahaman terhadap sesuatu. Pola fikir sepeti ini merupakan merupakan definisi akal.
Hasil dari jurnalis yang melalui pola fikir rasional itu mengandung dua kemungkinan. Bila kesimpulan itu berkaitan tentang “ada” atau “tidak adanya wujud” sesuatu, maka sifatnya pasti (fixed) dan sedikitpun tidak mengandung faktor kesalahan. Sebab keputusan itu diambil melaluli penginderaan terhadap sesuatu yang bersifat nyata.
Bila terjadi kesalahaan dalam metode ini hanya kesalahan penginderaan saja. Misalnya, fatamorgana disangka air. Melihat pensil bengkok (Padahal lurus) ketika didalam air.
Bila kita menganalisa dua pola fikir diatas, wartawan atau jurnalis dapat mengunakan keduanya metode itu, termasuk dalam tataran abstrak. Tentunya ini hanya sebagai ide-ide saja. Bila demikian, yang terpenting dalam profesi wartawan/ jurnalis itu adalah sikap moral. Sikap moral sebagai anak bangsa, tanggungjawab pengembala profesi dan moral terhadap ketuhanan.