kupasbengkulu.com – Jarak jauh dan medan yang sulit, tidak dianggap tantangan bagi komunitas yang satu ini, Moeda Mengabdi. Hebatnya, hampir seluruh anggota komunitas ini adalah perempuan. Mereka masuk hingga ke Desa Pagar Jati, desa paling ujung Kecamatan Talang Empat, Kabupaten Bengkulu Tengah.
Menempuh jarak hingga 20 kilometer lebih dari pusat kota, dengan akses jalan yang masih belum layak dengan sepeda motor. Sesampainya di desa tujuan, rombongan Moeda Mengabdi langsung mengajar anak-anak di masjid setempat, tanpa mengharapkan imbalan.
Kegiatan tersebut rutin mereka lakoni seminggu sekali. Total lebih dari dua puluh anak yang setia mengikuti pelajaran dari kegiatan yang diprakarsai oleh kelompok Bengkulu Moeda (Beda) ini.
Kepada kupasbengkulu.com, ketua Beda, Oty menceritakan bahwa setiap minggu mereka breangkat bersama pukul 09.00 WIB dan pulang pukul 15.00 WIB. Dari kegiatan ini, mereka berharap tingkat pendidikan di desa tersebut dapat naik.
“Karena, akses pendidikan sangat sulit disana, untuk sekolah saja, anak-anak disini harus berjalan kaki sejauh 6 km, akses jalannya pun sulit,”kisah Oty.
Saat ini, Moeda Mengabdi memiliki 13 orang pengurus. Tetapi untuk relawan, yang sering ikut kegiatan ini jumlahnya hampir 80 orang. Relawan tersebut tersebar di SMA dan perguruan tinggi di Kota Bengkulu.
Oty menambahkan, dengan jumlah relawan yang cukup banyak itulah, kegiatan ini terus lancar hingga saat ini. Untuk biaya operasional, komunitas ini bergantung dari bantuan donatur.
“Kita terus hidup dan berjalan dengan bantuan dari donatur, tapi tidak berbau politik, karena kami sepakat untuk tidak ikut dalam hal-hal yang berbau politik,”terang Oty.
Anggota Beda yang lain, Renti, berharap pihaknya dapat bertemu dengan petinggi-petinggi Kabupaten Bengkulu Tengah. Tujuannya, untuk menceritakan bahwa desa yang mereka bina benar-benar kekurangan akses sosial, seperti pendidikan dan kesehatan.
Situasi ini berbanding terbalik dengan semangat anak-anak desa setempat yang begitu antusias untuk belajar.
“Awalnya, anak-anak tidak begitu menerima kedatangan kami, tetapi sekarang mereka begitu antusias walapun tetap saja sering nakal,”ujar Renti mengisahkan suka dukanya.
Komunitas ini sudah berdiri sejak Desember 2012. Dijelaskan oleh Asri, anggota yang lain, bahwa grup ini diawali oleh niat mereka untuk mendidik anak-anak yang berada di desa-desa terpencil. Sebelumnya, ada dua desa yang termasuk kedalam binaan mereka.
“Tetapi didesa satu lagi, karena ada semacam konflik di dalam desa, kami terpaksa menghentikan kegiatan itu,”terang Asri.
Asri juga menghimbau bila ada pihak yang ingin menjadi donatur dari gerakan mereka ini. (vai)Â Â