kupasbengkulu.com – Bengkulu Tengah merupakan salah satu penghasil pohon gaharu (Aquilaria malacensis lamk) terbanyak di Pulau Sumatera memberikan peluang bisnis yang menjanjikan bagi masyarakat kabupaten “maroba ite maju”.
Pohon gaharu banyak tumbuh di seputar Taman Hutan Rajo Lelo, Tanjung Terdana dan Pondok Kubang. Seperti yang diungkapkan oleh tengkulak sekaligus pengrajin gaharu di Desa Pagar Jati, Kecamatan Pagar Jati, Jarab (35) bahwa harga jual gaharu terbilang cukup tinggi.
“Tergantung kelas gaharunya, paling rendah Rp 10 ribu perkilo untuk serbuk, paling mahal Rp 200 juta per kilo kelas double super” katanya kepada kupasbengkulu.com (17/9/2014).
Tingkatan kelas dilihat dari tua tidaknya teras (getah yang mengeras) pada gaharu.
Secara garis besar kelas gaharu dibagi menjadi 9 jenis. Yaitu Double super, super, AB super, AB tepat, AB biasa, BC, C1, C, Kemedangan.
Gaharu yang juga disebut oleh masyarakat Bengkulu Tengah sebagai pohon karas, saat ini mulai dibudidaya. Hal ini mengingat jumlahnya di hutan alami yang mulai menipis. Sebab beberapa masyarakat yang tidak paham akan nilai jual gaharu menurut Jarab banyak yang menebang untuk dijadikan papan.
“Banyak yang belum paham, padahal satu pohon sebesar tiang listrik setinggi 10 meter laku paling murah Rp 500 ribu. Dari modal segitu kita bisa dapat untung hingga Rp 4 juta” tambanya.
Jarab melanjutkan bahwa gaharu di Bengkulu Tengah menarik minat dunia internasional. Pangsa pasar gaharu adalah wilayah timur tengah. Bahkan pernah ada orang Iran yang langsung membeli ke sini.
Menjadi permasalahan saat ini adalah proses penjualan yang cukup rumit. Diceritakan oleh Jarab semua barang harus disetor ke Jakarta kepada pengumpul besar untuk penjualan dalam jumlah banyak, mereka belum bisa ekspor langsung. Sebab proses mengurus ekspor yang sulit.
Padahal menurutnya jika jika diekspor maka ia bisa mendapatkan untung lebih banyak. Belum lagi jika pengiriman via udara yang harus menunggu karantina cukup lama.
“Harga Rp 200 juta, kalau diekspor bisa jadi Rp 400 juta! Mangkanya kami penjual gaharu berharap 2015 pasar bebas benar benar diterapkan” ungkapnya berharap.
Butuh waktu 20 tahun untuk menunggu satu pohon gaharu siap dibakar sebelum diambil.
Gaharu diketahui merupakan bahan dasar pembuatan kosmetik, dupa, dan obat yang terlebih dahulu disuling untuk menghasilkan minyak. (cr10)