Jumat, Maret 29, 2024

Bengkulu Kota 302 Tahun dalam Kenangan

Usia kota Bengkulu tanggal 17 Maret 2021 lalu, sudah 302 tahun. Umur tua meskipun semangatnya tetap muda. Hanya tampang yang menua, untuk tegak, semangat  tetap power muda.

Teringat Bengkulu kota maka teringat kota Singapura. Negeri tukar guling antara koloni Belanda dan koloni Inggris. Kala itu Kota Singapore dalam kekuasaan Belanda masih banyak hutan  belantara. Sementara Kota Bengkulu kala itu sudah punya  Balai Kesehatan (Rumah sakit), hotel, bank dan bangunan megah berdinding batu.

Tapi itu hanya cerita dahulu kala. Jangan ada pertanyaan, kenapa kini kota Singapura lebih maju dari Kota Bengkulu? Kemajuan di kota Singapura kini meninggalkan tonggak atau situs sejarah masa lampau. Menarik untuk menjadi kunjungan wisata sejarah. Ini sama dengan Kota Bengkulu, meskipun beberapa situs yang ada sudah luluhlantak, dihancurkan. Sekali lagi  jangan tanyakan, siapa pelaku penghancuran kala itu?

Balai kesehatan itu kini dijadikan Masjid at Taqwa. Gedung Bola (Eks Markas CPM) kini menjadi taman yang tak terawat. Beberapa Rumah pejabat Inggris kini dialihkan jadi perkantoran dan beberapa situs bersejarah peninggalan masa lalu kini terabaikan. Tidak diurus sebagai mana mestinya.  Mungkin itu hal wajar. Tidak semua orang suka, senang dengan history masa lalu.Walaupun masa lalu itu punya nilai sejarah dan tonggak pembangunan masa akan datang.

Penulis hanya  mengingatkan, Bengkulu yang saat koloni inggris masuk namanya diubah menjadi Bencoolen, di klaim milik British East India Company (EIC). Membentang sekitar 300 Mil di sepanjang pantai barat daya Sumatera.

EIC  hadir Tahun 1685, dan sempat  membangun Benteng York. di Tahun 1714,  EIC kembali membangun Benteng Marlborough yang kini masih ada tegak berdiri dengan keretakan yang mungkin tidak begitu prinsip.  Bengkulu merupakan negeri yang pernah disinggahi Belanda, Inggris dan  Prancis sebelum kemerdekaan Indonesia, bahkan Portugis sempat melongok negeri ini meskipun tak sempat bercokol. 

Inggris menyerahkan Bengkulu  ke Belanda dalam Perjanjian Inggris-Belanda Tahun 1824. Perjanjian yang dikenal dengan Traktat London,. Kenapa dilepaskan Inggris? Dalam beberapa catatan terungkap, selain masalah ekonomi, politik, ternyata Negeri Bengkulu kala itu merupakan negeri yang tidak sehat akibat  berbagai penyakit yang melanda, meskipun hasil buminya seperti lada kala itu masih menjanjikan sebagai komoditi.

Mengingat kembali

Koloni Inggris petama kali datang di Negeri Bengkulu (Bencoolen) usai ekspedisi dari Madras yang dipimpin oleh Ralph Ord dan Benjamin Bloome.

Ada  dua kompi kala itu ikut mendarat. Ada 100 tentara yang tiba pada bulan Juni 1685.  Koloni Inggris sempat  membangun Benteng York (Fort York) di dekat Muara Sungai Bencoolen, yang kini posisinya diatas Bukit Pasar Bengkulu. Pasar (Marga) Bengkulu yang saat itu disebut Desa Melayu.

Setidaknya ada  tujuh atau delapan ratus rumah yang ada dekat Fort York. Usai kematian gubernur pertama Fort York, Ord, Benjamin Bloome, Fort York di bawah kewenangan wewenang Gubernur Madras (Sebelum Benteng Anna di Manduto dan Benteng Marlborough dibangun). Itulah awal kejayaan Negeri Bengkulu  sebagai pusat perdagangan yang kaya lada.

Dalam beberapa catatan disebutkan, perjuangan koloni Inggris kala itu sangat berat tatkala  berada di Negeri Bengkulu. Negeri kaya akan lada dan merupakan negeri fasal Banten, sekaligus tempat kuburan bagi mereka, meskipun pemakaman itu kini arealnya tinggal separuh.

Pemakaman yang banyak cerita yang oleh anak negeri disebut Kuburan Belanda ( Kini pemakaman Inggris), dimana orang Portugis, Belanda, Inggris dan Perancis dimakamkan di Kecamatan  Teluk Segara Kota Bengkulu itu.    Semua itu berawal bulan Oktober 1685.

Pasukan koloni Inggris banyak yang sekarat karena demam dan fluks. Karena banyaknya pasukan yang sakit dan mengalami kematian, akhirnya izinpun akhirnya  harus diberikan untuk merekrut tentara non-Eropa. Ini  untuk melengkapi pendirian militer Fort York yang dibangun dengan batu bata berproporsi sederhana.

Ada yang ironis soal situs Fort York, dimana  pada lokasinya ada bangunan kantor. Berbagai tubuhan liar dan besar dibiarkan  tumbuh. Termasuk ada bekas bangunan  yang menumpang diatas situs Fort York.

Baru pada 1714 Fort York digantikan oleh Fort Marlborough, sebuah benteng batu yang lebih besar dibangun  yang hingga kini masih tegak berdiri. Ada beberapa sudut bagian benteng yang retak dan batanya terlepas.

*Dewan Pakar Jaringan Media Siber Indonesia Provinsi Bengkulu, dari berbagai sumber

Related

KUHP Tidak Berlaku untuk Kegiatan Kemerdekaan Pers

Kupas News, Jakarta - Walaupun Rancangan Undang-undang (RUU) Kitab...

Modus Mafia Tanah di Ruang Peradilan

Oleh : Elfahmi Lubis Mafia Tanah sudah menggurita dan telah...

Kaum “Rebahan” Ditengah Isu Kerakyatan

Dimana posisi kaum "rebahan" atau kaum "mager" yang didominasi...

Polemik RUU Sisdiknas, Maksimalkah Uji Publik?

Oleh: Dr. Emilda Sulasmi, M.Pd Mencermati draft Rancangan Undang-Undang Sistem...

Kiprah Parsadaan Harahap Hingga Duduki KPU RI

Sosok Persadaan Harahap atau yang sering disapa bang parsa,...