
kupasbengkulu.com– Indonesia sebagai anggota International Pepper Community (IPC) berperan aktif dalam memajukan sektor lada global. Peran aktif Indonesia diantaranya
melaksanakan program-program yang telah dirancang dalam sidang-sidang IPC. Program IPC yang sedang digalakkan antara lain peningkatan produksi, produktivitas, promosi perdagangan lada, dan konsumsi.
IPC merupakan organisasi kerja sama antar pemerintah negara produsen lada dunia, yang terdiri dari enam anggota yaitu Brasil, India, Indonesia, Malaysia, Srilanka, dan Vietnam. Sesuai kesepakatan sidang IPC tahun 2012 dan 2013, program peningkatan promosi perdagangan dan konsumsi dilaksanakan melalui penyelenggaraan kegiatan seperti International Pepper Conclave dan Pepper Day. Beberapa negara anggota seperti India dan Vietnam telah menyelenggarakan Pepper Day atau Hari Lada pada tahun 2013.
Kementerian Perdagangan bekerja sama dengan Sekretariat IPC, Rabu (30/4/2014) menyelenggarakan Hari Lada pertama kali di Indonesia di Hotel Ritz Charlton, Mega Kuningan Jakarta. Kegiatan ini dihadiri lebih dari 100 undangan yang terdiri dari perwakilan negara-negara anggota IPC, ASEAN, negara produsen dan negara kosumen utama lada Indonesia; pemerintahan; mahasiswa; media; dan masyarakat lainnya.
Menurut Wakil Menteri Perdagangan, Bayu Krisnamurthi, “Lada merupakan salah satu komoditas ekspor Indonesia yang memiliki nilai ekonomi tersendiri. Indonesia memiliki lada yang khas seperti lada hitam Lampung dan lada putih Bangka. Keunikan lada dengan keunggulan geografis membuat lada Indonesia diminati pasar Internasional.”
Indonesia merupakan produsen lada terbesar ke-2 setelah Vietnam. Data IPC 2013 produksi lada Indonesia diperkirakan mencapai 59 ribu ton dengan total volume ekspor 41,5 ribu ton atau dengan nilai ekspor sekitar USD 354 juta. Nilai ekspor tersebut berkontribusi sekitar 0,2% dari total ekspor Indonesia pada tahun 2013. Untuk konsumsi domestik mencapai 16,6 ribu ton. Estimasi IPC akan terjadi peningkatan produksi di tahun-tahun mendatang sehinga diperlukan upaya peningkatan perdagangan dan konsumsi untuk mengantisipasi surplus berlebihan.
“Surplus berlebihan dapat berdampak kepada penurunan harga yang menyebabkan menurunnya pendapatan petani. Hal ini terjadi pada beberapa komoditas seperti karet dan kopi. Melalui kegiatan ini dapat mengatasi surplus berlebihan tersebut, terutama dampaknya terhadap penurunan harga,” ujar Wamendag Bayu.(**)
sumber : web kemendag