kupasbengkulu.com – “Jangankan dihukum, dipecat pun aku tidak peduli,” teriak Nawawi (45) diruang bagian hukum, sekretariat Daerah Bengkulu Tengah, Rabu (16/7/2014).
Teriakan Nawawi semakin meninggi, ketika Kabag Hukum Pemda setempat, Hendri Donal ikut terpancing emosi dan membalas bentakan Nawawi.
Nawawi, lelaki dengan rambut lurus beruban merasa berhak untuk mengamuk. Usai menghentak meja hingga rusak, ia juga menendang pintu masuk bagian hukum. Apa yang membuat ia begitu marah, sampai berani mengamuk di kantor Pemda?
Usut punya usut, ternyata honornya sebagai penjaga malam di Pemda sejak Januari lalu belum dibayarkan. Ia adalah salah satu dari sebelas pekerja, antara lain penjaga malam dan cleaning service yang menjadi korban kali ini.
Nawawi berulang mencari tahu penyebabnya, hingga ia temukan bahwa namanya dan sepuluh orang temannya tidak pernah tercatat sebagai pekerja di Pemda setempat. Miris.
“Nama kami tidak ada di SK, itu yang dijadikan alasan bagi Pemda untuk tidak membayar kami,”ungkapnya.
Situasi bahkan sempat memanas, bagaimana tidak, hampir terjadi perkelahian di ruang bagian hukum tersebut. Kabag Hukum, Hendri Donal malah membalas hentakan meja dari para honorer dengan bentakan.
“Jangan sok hebat disini, kalian kira saya takut sama kalian,”kata Hendri, dengan mata melotot dan wajah memerah.
Akhirnya, mereka berembug tertutup diruang Kabag Hukum. Tidak terdengar lagi bentakan, hentak meja atau kursi yang ditendang dari dalam ruangan itu. Menandakan, diskusi mereka berjalan damai, meski diyakini alot.
Tak sampai satu jam, para hnorer yang menuntut gaji ini keluar satu persatu dari ruangan. Bagai hujan dimusim panas atau lilin ditengah kelam, mereka seperti mendapat angin surga. Kepada kupasbengkulu.com, ketika bercerita, mereka tak lagi memanas bak mesin diesel. Lebih santun, lembut, seakan tak terjadi apa-apa.
“Ia (Hendri Donal) bilang akan memperjuangkan SK kami, tentu bila SK kami berhasil di revisi, kami bisa mendapat hak kami menjelang lebaran ini,”terang Nawawi.
Entah apapun hasilnya, tetapi tindakan para pekerja ini berhasil memberikan shock terapi pada pejabat terkait. Intinya, bila mereka tak beraksi seperti itu, mungkin hingga kapanpun honor mereka hanya akan menjadi kenangan.
Penulis : Adhyra Irianto.