Jumat, April 19, 2024

Kilas Bengkulu Dalam Bahasa

Bahasa Bengkulu merupakan kesatuan bahasa yang ada di Provinsi Bengkulu. Oleh  karena  itu,  tidak satupun suku yang ada berhak mengatakan, bahwa bahasanya merupakan  bahasa Bengkulu yang paling benar. Bahasa adalah alat untuk berkomunikasi antara satu dengan lainnya.

Bahasa selalu berkembang, salah satunya  tergantung pada trend bahasa yang digunakan (Bahasa mayoritas yang digunakan atau populer, dapat dikarenakan pengaruh oleh banyak penguasa atau dapat pula dikarenakan pengaruh bahasa komunikasi perdagangan yang banyak menggunakan transaksi dalam bahasa tersebut). Karena itu, perlu ditentukan terlebih dahulu, apa yang kita maksudkan dengan kata “Malayu” tersebut.

Sebagai gambaran umum, rumpunan bahasa yang terdapat dan digunakan di Provinsi Bengkulu antara lain sebagai berikut :

Bahasa Ra-Hyang atau Re-Hyang (Rejang).
Bahasa Enggano (Pulau Perempuan).
Bahasa Lampung.
Bahasa Malayu Ippoh (Muko-muko, Lubuk Pinang, Bantal, Lima Koto, Ketahun, Pasar Bengkulu, dsb).
Bahasa Malayu Lembak (Tanjung Agung, Dusun Besar, Pada Dewa, dsb).
Bahasa Malayu Kotamadya Bengkulu.
Bahasa Malayu Serawai dan Pasemah (Pha-semah) yang penyebarannya meliputi Manna, Tais, Kepalak Bengkerung, Tanjung Sakti, Padang Guci, Kedurang, Kaur, dsb.
Bahasa Malayu Bintuhan.

Tiga komunitas bahasa, yaitu Rejang, Enggano dan Lampung tidaklah termasuk dalam kelompok rumpunan bahasa Malayu yang dikemukakan sebelumnya. Etnik Rejang, Enggano dan Lampung memiliki kelompok rumpunan bahasa tersendiri. Etnik inilah yang merupakan penduduk asli Negeri Bengkulu.

Sedangkan bahasa Malayu datang dan berkembang sebagai bahasa ibu, lebih kemudian. Sangat tidak bijak kalau etnik Rejang, Enggano dan Lampung, seakan tersingkir dari catatan Sejarah Bengkulu. Sementara Malayu yang merupakan etnik dan bahasa pendatang baru, tampil sebagai primadona etnik.

Ada petata petitih lama (Asli Bengkulu)  yang ditulis dalam naskah kuno huruf Arab, Bahasa Bengkulu pada  Tahun 1553 Masehi. Nama penulisnya tidak disebutkan, ditemukan atau rusak dan hilang. Karena sewaktu ditemukan naskah tersebut ini telah lusuh (Lapuk dan sebagian telah rusak ditelan usia). Hanya tahun penulisan yang masih nampak. Naskah ini ditemukan di Provinsi Banten Tahun 1994, berbunyi dalam alih bahasa lebih kurang sebagai berikut  :

Endak Möran pa-ï Lopak,

Hendak tidü pa-ï kebiduk,

Dihulu tempek apak (bapak),

Dimuarë tempek induk,

Disitu melepekan niat.  (Naskah kuno ini nampaknya merupakan himpunan nyanyian anak laut).

Kata-kata yang terkandung didalamnya memiliki filosofis yang tinggi bermakna: “Kalau hendak mencari kehidupan yang lebih baik pergilah ke kota. Kalau hendak istirahat, bersantai dan menenangkan pikiran kembalilah berkumpul di tanah kelahiran, dan sedekahkanlah sebagian harta yang kamu peroleh di negeri orang,  pada negeri  ibu tercinta  Bengkulu”.

Ada empat kata-kata Bengkulu yang kita peroleh dari petata petitih ini, yaitu kata  Möran, pa-ï, Lopak, dan tidü sedangkan kata lainnya sepeti kata biduk, hulu, muarë (o) diambil dari bahasa Malayu. Mungkin masih lebih banyak lagi kata-kata Bengkulu, yang penulis sendiri belum ketahui.

Berdasarkan penelitian etnolinguistik penulis, dalam perbandingan bahasa asli Kota Bengkulu: Bahasa Malayu Bengkulu memiliki keunikan tersendiri. Banyaknya penggunaan kata-kata yang berakhiran  ö, ë, ï,  bukan disebabkan oleh pengaruh Bahasa Jawa (Jawa Tengah dan Jawa Timur), dan tidak pula karena  dipengaruhi bahasa Eropa, Inggris dan Belanda. Tetapi dipengaruhi bahasa Palung, Khmer, Campa dan Khasi rumpunan bahasa Mon (Hyunan Cina).

Peta Klasik sebutkan nama Bengkulu.

Empat bahasa di Daerah Provinsi Bengkulu yaitu Bahasa Malayu Kota  Bengkulu, Bahasa Lampung, bahasa Rejang dan Enggano dapat dilihat sebagai berikut :

 Bahasa  Kota  Bengkulu 

No
Bhs Bengkulu
Bhs Indonesia
1.
Sayö
Saya
2
Ambo
Hamba
3.
Jongkong
Perahu besar
4.
Sampan
Perahu kecil
5.
Biduk
Perahu kecil
6.
Selodang
Perahu kecil
7.
Pukek
Pukat, Jaring
8.
Bengkuk
Batang
9.
Kemano
Kemana
10.
Serayo
Disuruh
11.
Apo
Apa
12.
Peram
Menyimpan buah-buahan hingga masak dan sebagainya.
13.
Puan
Susu
14.
Lennya
Becek
15.
Gedang
Besar
16.
Ren-ca
Campur
17.
Tempek
Tempat
18.
Ka-u
Engkau
19.
Kara
Kelapa
20.
Ni-ur
Kelapa
21.
Bulek
Bulat
22.
Pandir
Pandir
23.
Lagak
Ke-aku-an (Egois), sifat yang melam- paui batas kewajaran (kata kiasan).
24.
Pa-i
Pergi
25.
Li-yek
Lihat
26.
Ne-ngok
Tengok
27.
I-bo
Iba
28.
Batang air
Sungai
29.
Lumat
Hancur / Luluh lantak
30.
Moran
Memancing
31.
Joran
Pancing
32.
Lopak
Lubuk
33.
Pa-i
Pergi
34.
Pelesir
Piknik / Jalan-jalan
35.
Segalo
Seluruh
36.
Beri
Kasih
37.
Tekelök, Ti-dű
Tidur
38.
Siko
Sini
39.
Situ
Menunjukkan jarak tempat
40.
Lanang
Laki-laki
41.
Betino
Perempuan
42.
Senai-senai
Petatah petitih, Pantun, Syair, Sajak
43.
Cerano
Tempat sirih
44.
Menindai
Menjenguk, Meninjau sambil melihat-lihat, Mengamati.
45.
Rubo-rubo
Buah tangan, Oleh-oleh
46.
Jolok
Gelar
47.
Menda
Tamu, Orang jauh
48.
Melayok
Terbang melayang
49.
Mendudu
Melangkah cepat
50.
Co-gok
Duduk diam
51.
Sepalis
Perbuatan atau tingkah laku yang berlebih-lebihan.

 

Bahasa Lampung Pesisir (Peminggir) dan Bahasa  Jawa Cikoneng Provinsi Banten, juga digunakan

sebagai bahasa ibu di Bengkulu 

No
Bhs Lampung
Bhs Indonesia
1.
Iya / Hiya
Dia
2.
Dija
Disini
3.
Saka
Lama
4.
Nambi
Kemarin
5.
Dipa
Kemana
6.
Niku
Kamu
7.
Disan
Disini (Agak jauh)
8.
Tian
Orang ke-3
9.
Apî Güaî Mo
Apa kerja kamu
10.
Inji / Hinji
Ini
11.
Ülun
Orang jauh (Tamu jauh)
12.
Rëpa
Bagaimana
13.
Ani
Katanya
14.
Cawa
Bahasa / Bicara
15.
Mawek
Tidak
16
Bïngï
Malam
17
Dacok
Dapat
18
Makdacok
Tidak dapat
19
Rätong
Datang
20
Küti
Kamu
21
Midor
Jalan-jalan
22
Hürěk
Hidup
23
Pedom
Tidur
24
Ha-mö
Tempat mana
25
I-wa
Ikan
26
Ű-nyin
Seluruhnya
27
Ampai
Baru
28
Jemoh
Besok
29
Mengan
Makan
30
Rani ji
Hari ini
31
Rani Nambi
Hari kemarin
32
Pesaka rätong
Kapan datang
33
Radu repa saka dija
Sudah berapa lama disini
34
Rãdu  saka
Sudah lama
35
Keňi
Kasih
36
Pîrä
Berapa
37
Äkuk
Ambil
38
Kãna
Nanti
39
Kãnaphäi
Nanti dulu
40
Nusa
Pulau
41
Larang
Pantang
42
Wëk api
Ada apa
43
Bela
Habis
44
Miwang
Menangis
45
Jelma
Tamu jauh
46
Haa-mo
Dari mana kamu
47
Bakas
Laki-laki
48
Bebai
Perempuan
49.
Muli
Anak Gadis
50.
Maranai
Pemuda
51.
Sampan
Perahu

 

Bahasa Daerah Rejang Provinsi Bengkulu 

No
Bhs Rejang
Bhs Indonesia
1.
Si
Dia
2.
Piyo
Disini
3.
An
Lama
4.
Lebeak
Kemarin
5.
Moepe
Kemana
6.
Ko
Kamu (untuk sebaya)
7.
Doloe
Disini (Agak jauh)
8.
Kumu
Orang ke-3
9.
Gen Kerjo Nu
Apa kerja kamu
10.
Dio
Ini
11.
U-ak
Orang jauh (Tamu jauh)
12.
Ka’ro
Bagaimana
13.
Nadea’ Ne
Katanya
14.
Nadea’
Bahasa / Bicara
15.
Coa
Tidak
16
Kelemen
Malam/gelap
17
Dapet
Dapat
18
Coa,Dapet
Tidak dapat
19
Te-ko
Datang
20
Kumu
Kamu (Untuk Orang Yang lebih tua)
21
Meto-Meto
Jalan-jalan
22
Idup
Hidup
23
Tidu-a
Tidur
24
Na-Ipe
Tempat mana
25
Kan
Ikan
26
Kutte
Seluruhnya
27
Bla-u
Baru
28
Me-en
Besok
29
Embuk
Makan
30
Bilaiyo
Hari ini
31
Bilai Lebeak
Hari kemarin
32
Tengean Teko
Kapan datang
33
Bie’an Ko Pio
Sudah berapa lama disini
34
Bie’an
Sudah lama
35
Kleei
Kasih
36
Kedau
Berapa
37
Kemo’
Ambil
38
Be
Nanti
39
Be Kilea’
Nanti dulu
40
Pulei
Pulau
41
Patang
Pantang
42
Ade Jano
Ada apa
43
Cigai
Habis
44
Ngi-ndoi
Menangis
45
Tamu Uak
Tamu jauh
46
Kundei Ipe Ko
Dari mana kamu
47
Smanei
Laki-laki
48
Slawei
Perempuan
49.
Semulen
Anak Gadis
50.
Tun Uai
Pemuda
51.
Kepea’
Perahu

 

Bahasa Daerah Enggano Provinsi Bengkulu 

No
Bhs Enggano
Bhs Indonesia
1.
Ki
Dia
2.
Kikitëk
Disini
3.
Buër
Lama
4.
Bahaeb (m)
Kemarin
5.
Ökahaiyah
Kemana
6.
Ök
Kamu (untuk sebaya)
7.
Mimikürtëk
Disini (Agak jauh)
8.
Akaeak
Orang ke-3
9.
Yahkaryaeb
Apa kerja kamu
10.
Ěiek
Ini
11.
Kaeak mimi
Orang jauh (Tamu jauh)
12.
Kiknën
Bagaimana
13.
Diÿu
Katanya
14.
Päna
Bahasa / Bicara
15.
Keek
Tidak
16.
Kapëpë
Gelap
17.
Daköah
Malam
18.
Naek
Dapat
19.
Keek inaek
Tidak dapat
20.
Yaem
Datang
21.
Keke
Jalan-jalan
22.
Keud
Hidup
23.
Kü-wek
Tidur
24.
Kikiyah
Tempat mana
25.
Iyai
 Ikan
26.
Kiar
Seluruhnya
27.
Ka-ü
Baru
28.
Nok-man
Besok
29.
Kanö
Makan
30.
Häped dop
Hari ini
31.
Bahaeb
Hari kemarin
32.
Koan yaeb
Kapan datang
33.
Apiahyabaer
Sudah berapa lama disi
34.
Hobër
Sudah lama
35.
Ka-a Bahaok
Kasih
36.
Apiyah
Berapa
37.
Naek
Ambil
38.
Naan
Nanti
39.
Nahemb
Nanti dulu
40.
Doop
Pulau
41.
Purih
Pantang
42.
Kikiyah
Ada apa
43.
Kana-ï
Habis
44.
Ku-wëh
Menangis
45.
Kaah mimi
Tamu jauh
46.
Ök-kuyah
Dari mana kamu
47.
Man
Laki-laki
48.
Hied
Perempuan
49.
Pa-Hied
Anak Gadis
50.
Pa-Man
Pemuda
51.
Dö-ha
Perahu
52.
Arek kano
Mari makan
53.
Kano
Asap
54.
Käeb
Jaring
55.
Iyemb
Pancing
56.
Hiü-po
Kelapa

 

Robert von Heine Geldern, seorang sarjana ilmu purbakala berkebangsaan Austria,  mengadakan penelitian tentang “Tanah asal bangsa Austronesier” mengatakan, bahwa nenek moyang bangsa Austronesier selama-lamanya tinggal di daratan Asia Tenggara. Mereka ini mula-mula berasal dari daratan Cina  kira-kira 2000 tahun sebelum Masehi (sM).

Kebudayaan beliung batu telah dikembangkan di Cina kira-kira pada 2000 tahun sebelum Masehi. Bangsa yang memiliki kebudayaan ini bergerak ke Asia Tenggara,  sebelum bangsa Aria menduduki Punjabi di India Utara, dan beliung batu persegi panjang ini banyak kita temukan di Hyunan dan Kansu.*

John Crawfurd pada tahun 1848 dalam bukunya “On the Malayan and Polynesian languages and races”, meneliti kata-kata yang termuat dalam berbagai kamus mengenai bahasa-bahasa di Austronesia. Dia mencoba membandingkan antara satu dengan yang lainnya. Menurut J.Crawfurd dari 8.000 kata Malagasi terdapat 140 kata yang dapat dipulangkan pada kata Jawa dan Malayu.

Demikian juga dari 4.560 kata Selandia Baru terdapat 103 kata yang serupa dengan kata Jawa dan Malayu, dan dari 3.000 kata Marquesas terdapat 70 kata yang sama dengan kata Jawa dan Malayu. Sementara dari 9.000 kata Tagalog hanya terdapat 300 kata yang dapat dipulangkan kedalam kata Jawa dan Malayu. Sehingga J.Crawfurd mengambil suatu kesimpulan bahwa bahasa-bahasa itu tidak menunjukkan banyak kesamaan. Oleh karena itu, tidak masuk dalam satu rumpun bahasa.

Koentjaraningrat memberikan komentar dalam bukunya Beberapa metode Antropologi; Toh Crawfurd tak dapat disalahkan katanya, karena dalam waktu itu beliau tak dapat tahu bahwa persamaan kata-kata yang termasuk basic vocabulary dalam dua bahasa, cukup untuk membuktikan kekeluargaannya. Dari lima bahasa masing-masing yakni bahasa Madura, Lampung, Bali, Bugis, Kayan, dan Kisa J Crawfurd masing-masing mengambil 1.000 kata.

Dari 1.000 kata Madura kedapatan 675 kata Melayu, yang 325 asalnya dari bahasa lain: 1.000 kata Lampung kedapatan 455 kata Melayu, 545 dari bahasa lain: dari 1.000 kata Bali kedapatan 470 kata Melayu, yang 530 dari bahasa lain, dari 1.000 kata Bugis kedapatan 326 kata Melayu, yang 674 dari bahas lain: dari 1.000 kata Kisa kedapatan 114 kata Melayu, yang 944 dari bahasa lain. Dari penyelidikan kata ini yang cocok dengan bahasa Melayu kira-kira 60 %.

 *Pemerhati Sejarah dan Budaya Bengkulu/Alumni Universitas Islam Djakarta.

Related

KUHP Tidak Berlaku untuk Kegiatan Kemerdekaan Pers

Kupas News, Jakarta - Walaupun Rancangan Undang-undang (RUU) Kitab...

Modus Mafia Tanah di Ruang Peradilan

Oleh : Elfahmi Lubis Mafia Tanah sudah menggurita dan telah...

Kaum “Rebahan” Ditengah Isu Kerakyatan

Dimana posisi kaum "rebahan" atau kaum "mager" yang didominasi...

Polemik RUU Sisdiknas, Maksimalkah Uji Publik?

Oleh: Dr. Emilda Sulasmi, M.Pd Mencermati draft Rancangan Undang-Undang Sistem...

Kiprah Parsadaan Harahap Hingga Duduki KPU RI

Sosok Persadaan Harahap atau yang sering disapa bang parsa,...