Selasa, Juli 1, 2025

Pemdes Mangkurajo Gelar Pra Pelaksanaan Pembangunan Pelapis Tebing 162 Meter

Bengkulu InteraktifPT. Interaktif Media Siber. All Rights Reserved.Bengkulu Interaktif 2016 - Bengkulu Interaktif.Contact InformationHead Office:Jalan Batanghari No. 15, Komp. PU Pracetak, Tanah Patah,...
BerandaINSPIRASIKisah Umar bin Khathab Tolak Fasilitas Negara untuk Keperluan Pribadi

Kisah Umar bin Khathab Tolak Fasilitas Negara untuk Keperluan Pribadi

illustrasi
illustrasi

Kisah Umar bin al-Kahththab radhiyallahu ‘anhu kali ini kerap kali kita baca dan menjadi penyejuk hati bagi siapa pun termasuk pemimpin dalam mengambil contoh keteladanan beliau.

Pada saat itu Umar sedang berada di kamar kerjanya untuk menyelesaikan urusan pemerintahan dan rakyatnya ditemani pelita kecil sebagai penerangnya. Ia didatangi putranya, begitu sang putra duduk dihadapannya, lantas Umar bertanya.

“Dalam urusan apa kaudatang menghadapku?”. Tanya Umar kepada putranya

“Ada urusan penting yang akan kusamnpaikan kepada Amirul Mukminin”.

“Apakah urusan pribadi atau urusan pemerintahan yang akan engkau sampaikan?” Umar balik bertanya.

“Urusan pribadi ya Amirul Mukminin”, jawab putranya. Lantas Umar mematikan lampu yang menerangi ruangan itu. Dalam keadaan gelap gulita seraya Umar berkata,

“Sampaikanlah apa yang ingin kau sampaikan, aku siap untuk mendengarkannya”, Ucap Umar kepada Putranya dalam kegelapan.

“Bagaimana aku berbicara dengan engkau ya Amirul Mukminin dalam keadaan gelap gulita seperti ini?”, Tanya putranya.

“karena kau datang untuk urusan pribadi, maka tidak ada hak kita untuk memakai fasilitas Negara. Kau tahu minyak lampu yang dipakai untuk menerangi ruangan ini adalah dibeli dengan uang Negara yang berasal dari rakyat. Karena kedatanganmu bukan untuk urusan pemerintahan maka kita bicara dalam kegelapan,“

Sejurus kemudian putranya terdiam dan melanjutkan pembicaraan dengan Umar dalam keadaan gelap gulita.

Dikesempatan lain, Umar pernah menerima bingkisan dari utusan Gubernur Abar Baijan. Bingkisan itu sebuah kue. namanya kue manis, yang bahan bakunya dari tepung terigu pilihan, minyak samin yang berkwalitas tinggi, gula dan menteganya adalah gula dan mentega impor yang didatangkan dari luar negeri Abar Baijan. Singkatnya, tidak semua orang yang bisa untuk menikmati kenikmatan kue tersebut. Karena bahan bakunya sulit didapat dan harga kue itu cukup mahal.

Ketika Umar menberima bingkisan kue itu, seraya Umar bertanya kepada utusan sang gubernur.

“Apakah seluruh rakyatku di Abar Baijan dapat mencicipi kelezatan kue manis ini?”.

“Tidak ya Amirul Mukminin. Kue ini sangat istimewa. Hanya pembesar negeri saja yang dapat menikmati kelezatan kue ini“, utusan itu menjelaskan. Lalu Umar bertanya lagi.

“Kenapa?”.

“Selain bahan baku kue ini sulit didapat di Abar baijan, dan harga kue ini sangat mahal ya Amirul Mukminin” . Kata utusan itu. Umar lalu terdiam. Rona wajahnya memerah menahan amarah. Akan tetapi dengan tenang dia berkata,

“Kalau begitu aku tidak berhak untuk mencicipi kue ini. Bawa kembali kue ini kepada Gubernurmu, “ Ujar Umar dengan menahan amarah.

“Kenapa ya Amirul Mukminin?”, Tanya utusan itu heran.

“Kalau Rakyatku lapar akulah orang yang pertama merasakan kelaparan itu, dan kalau rakyatku kenyang, akulah orang yang terakhir merasa kekenyangan itu. Sampaikan kepada Gubernurmu Kenyangkan dahulu perut rakyatmu, baru kau kenyangkan perutmu”, Umar lalu meninggalkan utusan Gubernur itu.

Nukilan cerita diatas memang pantas untuk disandingkan dengan apa yang sedang terjadi di sekeliling kita. Semoga Allah SWT memberikan kita pemimpin serupa dikemudian hari, Amin Ya Rob…

Dikutip dari berbagai sumber