kupasbengkulu.com – Kegiatan pemilihan Miss Waria (Wanita, pria-Red) 2014 yang berbarengan dengan perayaan Isra Mi’raj Selasa (27/5/2014) di kota Curup, Kabupaten Rejang Lebong menghasilkan kecaman warga pengguna jejaring sosial (netizen)
Bahkan, penolakan cukup keras muncul di jejaring sosial oleh masyarakat internet (netizen) terhadap kontes ini. Selain itu, kegiatan ini diadakan pada hari besar Agama Islam, sehingga dinyatakan menciderai hari besar tersebut.
Dalam survey dilakukan kupasbengkulu.com yang diikuti 50 orang responden, beberapa peserta menyebut kontes tersebut sebagai acara yang “Tidak Jelas”. Bahkan, ada beberapa responden yang secara tegas mengeluarkan dalil-dalil agama yang menyatakan bahwa kegiatan tersebut bertentangan dengan agama. Apalagi, puncak acaranya diadakan bertepatan dengan hari Isra’ Mi’raj.
Seakan-akan, tulis seorang responden, Kota Curup merayakan hari besar Nabi Muhammad tersebut dengan kontes Waria. Komentar lebih “manusiawi” ditulis oleh seseorang seniman asal Kota Curup, yang sekarang berdomisili di Kepahiang, Emong Soewandi.
“LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, Transeksual) adalah realitas dalam masyarakat, termasuk di kota Curup. Terima kehadiran mereka, dengan tetap mengontrol mereka dengan etika, norma dan agama yang ada dalam masyarakat itu. Biarkan mereka mengangkat harkat mereka dengan tanpa harus kita pula yang repot memfasilitasi mereka. Dan kotaku, Curup, kota yang religius, belumlah pantas menjadi sebuah ladang yang liberal untuk kehidupan LGBT,” tulisnya dalam survey tersebut.
Sehari sebelumnya, sebuah “surat terbuka” dari warga Curup sempat menjadi trending topic di beberapa sosial media, terutama Twitter dan Facebook. Surat terbuka dari seorang pemuda asal Curup ini berisi kekecewaannya dengan sedikitnya event yang dapat meningkatkan kemampuan dan skill pemuda di Kota Curup. Justru, event yang didukung penuh oleh pemerintah setempat adalah kontes waria. (vai)