
kupasbengkulu.com – Pendi (42) warga Pagar Jati, Kabupaten Bengkulu Tengah, penjual madu jalanan bertarung dengan kerasnya hidup, hanya bisa pasrah demi memenuhi kebutuhan keluarga, datang dari jauh mengadu nasib ke jalanan kelurahan semarang kota Bengkulu.
Ayah empat orang anak ini sanggup bercucuran keringat untuk membiayai hidup keempat orang anaknya hanya bermodalkan beronang (tas jalinan kulit bambu) kecil yang berisi manisan madu untuk dijual, karena biaya hidup yang dirasa tidak mencukupi dari penghasilan buruh tani kebun karet yang ia jalani.
Ia sangat berharap mendapatkan uang dari penghasilan manis madu miliknya untuk membeli beras dan biaya sekolah anaknya yang menjadi tanggungjawabnya.
Biasanya ia mendapatkan uang Rp 50 ribu per hari, pendapatan itu ia peroleh dari penghasilan buruh tani selain menjual manis madu yang ia jalani.
“Penghasilan itu tidak mencukupi karena untuk membeli beras saja tidak cukup uangnya belum sekolah anak, belanja dapur semuanya perlu, terkadang kalau lagi sakit tidak ada sama sekali penghasilan untuk kami, terkadang laku menjual madu ini, terkadang tidak sama sekali susah menjualnya sekarang ini dek ” kata pak Pendi (18/3/2014).
Satu botol kecil Pendi menjual madu yang ia klaim asli itu sebesar Rp 30 ribu, sementara botol besar seharga Rp 150 ribu, ia mendapatkan madu tersebut dari hasil sendiri di hutan.
“Itu kalau lagi dapat madu hutan kalau lagi tidak ada maka tidak jualan,” sebutnya.
Pendi berharap agar pemerintah menurunkan harga beras, dan sembako yang terlalu mahal menurutnya, hal itu juga sangat diangan-angankan olehnya. (cr3)