Selasa, Juli 8, 2025

HUT Bhayangkara ke-79 Usung Tema Polri untuk Masyarakat

Bengkulu InteraktifPT. Interaktif Media Siber. All Rights Reserved.Bengkulu Interaktif 2016 - Bengkulu Interaktif.Contact InformationHead Office:Jalan Batanghari No. 15, Komp. PU Pracetak, Tanah Patah,...
BerandaINSPIRASIRefleksi Hari Bumi dan Kerusakan Lingkungan Hidup Bengkulu Tengah

Refleksi Hari Bumi dan Kerusakan Lingkungan Hidup Bengkulu Tengah

Banjir yang menggenangi sawah warga Bengkulu Tengah
Banjir yang menggenangi sawah warga Bengkulu Tengah

kupasbengkulu.com – Tak banyak yang mengetahui tentang hari bumi, yang jatuh pada tanggal 22 April 2014. Di Indonesia, gema hari Kartini yang diperingati sehari sebelumnya, 21 April, memang lebih signifikan. Hasilnya, gaung hari bumi hanya terasa bagi kalangan pecinta lingkungan atau grup-grup pecinta alam saja. Bahkan, pantauan penulis di Bengkulu Tengah, tidak ada hingar bingar atau semacam kegiatan bersih-bersih lingkungan pada hari ini. Padahal, kondisi alam di kabupaten ini begitu memperihatinkan.

Contohnya, kisah abrasi di bibir Pantai Sungai Suci yang saban tahun semakin menjadi-jadi. Hingga saat tulisan ini dimuat, masih belum ada solusi pasti untuk masalah yang satu ini. Sempat berhembus kabar tentang penanaman Mangrove hingga pembuatan pemecah Gelombang (Water Break), yang hingga saat ini belum juga terealisasi.

Mari kita lupakan sejenak masalah abrasi yang terus menghantui tempat pariwisata yang paling banyak menyumbang PAD bagi Bengkulu Tengah itu. Sekarang, perhatikan aliran sungai yang membelah kabupaten bermotto “Maroba Ite Maju” ini.

Hampir semua sungai di Bengkulu Tengah tercemar dan dari catatan pihak terkait, rata-rata semuanya diatas ambang batas. Kondisi ini semakin diperparah dengan polusi udara, baik berupa zat racun yang bertebaran diatas langit Bengkulu Tengah, maupun bau yang tidak sedap. Ditambah lagi, pepohonan yang sudah mulai gundul.

Alhasil, bila hujan deras mengguyur selama satu hari, maka daerah persawahan yang dekat dengan bantaran sungai, harus bersiap-siap menjadi genangan air. Seperti kejadian sore Senin (21/4/2014) ketika beberapa hektar areal persawahan warga yang dekat dengan sungai, sudah hampir tidak bisa dibedakan dengan sungainya.

“Untungnya, kita sudah masuk masa panen, sehingga tidak ada kerugian yang ditimbulkan, coba kalau belum panen, habis kami,”jelas salah seorang Petani, Yusuf pada kupasbengkulu.com

Banjir di Bengkulu Tengah
Banjir di Bengkulu Tengah

Banjir, Abrasi dan polusi sudah masuk pada masalah yang sangat sulit ditangani. Belum lagi dampak dari bencana-bencana tersebut pada akhirnya, yang paling ditakutkan, pemanasan Global.

Penggundulan hutan secara berlebihan memang sebisanya harus ditangani, apabila tidak segera, maka Bengkulu Tengah berarti termasuk salah satu penyumbang resiko bencana pemanasan global tersebut.

Sebelumnya, Indonesia sudah menjadi sorotan dunia, akibat kebakaran hutan hebat yang berakibat pada kabut asap di Riau dan sekitarnya. Sekarang, apa jadinya bila hutan-hutan lain di wilayah Bengkulu juga dibabat? Tentu, bumi yang begitu bergantung pada hutan Indonesia, sebagai paru-parunya, harus bersiap-siap menerima resiko terburuk.

Dari data yang dikumpulkan penulis, Kabupaten Bengkulu Tengah  memiliki kawasan hutan yang cukup luas. Hutan tersebut terdiri dari hutan produksi, hutan lindung dan kawasan hutan cagar alam. Kawasan hutan lindung dan kawasan hutan cagar alam berada di kawasan bukit barisan yaitu Bukit Rindu Hati dengan nomor register 5 dan Bukit Dendam dengan nomor register 75.

bumiii

Ditambah lagi dengan Hutan Raya di Desa Tanjung Perdana Kecamatan Pondok Kubang. Data statistik hutan di Bengkulu Tengah, terdiri dari 20.002,7 hektar (ha) Hutan lindung, 87,7 Ha hutan Cagar Alam, 1.04 Ha hutan Produksi, Taman Hutan Raya Rajo Lelo seluas 1.122 ha dan terakhir Taman Buru seluas 4.084 ha.

Seharusnya dengan total 20.096,646 ha atau hampir 10 persen dari luas seluruh Provinsi Bengkulu, keadaan Bengkulu Tengah dapat terhindar dari polusi dan semacamnya. Bahkan, jumlah itu berarti lebih dari 50 persen wilayah kabupaten itu sendiri.

Mengutip sedikit tulisan karya mahasiswa dari Fakultas Pertanian UNIB yang menulis di blognya, bahwa lahan di pegunungan yang masih merupakan kawasan hutan adalah lahan yang sangat banyak memberikan manfaat untuk pertanian , selain itu hutan juga sangat penting untuk menjaga fungsi lingkungan Daerah Aliran Sungai (DAS) dan penyangga daerah di bawahnya.

Istilah pelestarian mengesankan penimbunan, seakan akan gagasan tersebut hanyalah berarti persediaan tetap cadangan, sehingga ada sesuatu yang tertinggal untuk masa yang akan datang. Dalam pandangan masyarakat awam ahli pelestarian terlalu sering digambarkan sebagai orang yang bersifat anti sosial yang menentang setiap macam pembangunan.

Apa yang sebenarnya ditentang oleh para ahli pelestarian adalah pembangunan yang tanpa rencana yang melanggar hukum ekologi dan hukum manusia. Kesimpulannya, kawasan hutan perlu dipertahankan berdasarkan pertimbangan fisik, iklim dan pengaturan tata air serta kebutuhan sosial ekonomi masyarakat dan Negara.

Hutan yang dipertahankan terdiri dari hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, hutan konservasi, hutan produksi terbatas dan hutan produksi.
Selain itu, masih dalam keadaan hari Bumi ini, penulis juga berharap komunitas-komunitas pecinta lingkungan juga dapat semakin aktif dalam usaha menjaga keseimbangan lingkungan.

Komunitas serupa di provinsi Bengkulu juga diharapkan dapat menyentuh hingga kabupaten Bengkulu Tengah, yang wilayah hutannya dikatakan kritis ini. Dalam semangat hari bumi, sebagaimana semangat John Mc Gaonnel yang berapi-api memberikan pidato tentang lingkungan hidup dalam konferensi UNESCO di San Fransico tahun 1969. Kejadian monumental yang menjadi saksi lahirnya hari Bumi secara global ini. Kejadian itu pula yang menjadi embrio dari kelahiran komunitas-komunitas raksasa semacam GreenPeace hingga Mapala di setiap Universitas atau sekolah menengah. (vai)