Selasa, April 23, 2024

Mengenal Lebih Dekat Junaidi Hamzah

cover Panggil Aku abi

Seorang guru dengan gaya yang sederhana, jauh dari kesan perlente, gelamour. Sosoknya mengingatkan orang dengan sifat humoris yang senantiasa melekat pada dirinya. Dimana pun ia berada maka orang akan dengan mudah mengenalinya, suka melucu, nyeletuk sampai kepada hal-hal sepele yang akan memunculkan ketawa.

Tak disangka saat ini ia menjadi Plt Gubernur Provinsi Bengkulu. Meskipun menduduki jabatan politis bukanlah keinginannya. Hanya garis hidup nya yang membawanya ke kursi orang nomor satu di Provinsi Bengkulu saat ini.

Menjadi seorang guru merupakan pilihan hidupnya. Ia yang dibesarkan di lingkungan keluarga pas-pasan, kedua orang tuanya asli suku Rejang yang tinggal di desa kecil terletak di Bengkulu Utara memang bercita-cita menjadi seorang guru. Kedua orang tuanya adalah seorang petani penyadap karet, berkebun dan bekerja serabutan. Tak pernah terfikir oleh orang tuanya jika anak yang dulu pernah dianggap nakal akan menjadi orang berpengaruh di Bengkulu.

Dari kecil hingga lulus PGA ia hidup memprihatinkan, sama seperti kebanyakan warga asli di desanya. Kehidupan keluarganya tak jauh beda. Setiap hari harus pergi ke hutan menyadap karet, siangnya mengumpulkan getah karet, lalu pulang dan sore harinya masih harus ke sawah ataupun ladang. Jika musim penghujan tiba, maka pekerjaan jadi tak menentu. Hal ini disebabkan karena pohon karet tak bisa disadap saat hujan turun. Air hujan akan membawa getah-getah karet ke dasar tanah dan tak bisa menjadi gumpalan-gumpalan yang bisa laku terjual.

Selepas SMA ia pun mengadu nasib di Kota Bengkulu, tekadnya adalah menyelesaikan kuliah di IAIN (saat ini bernama STAIN). Masuk fakultas Tarbiyah, ia mulai menjalani hari-hari sebagai mahasiswa. Sama seperti kebanyakan anak kos yang berada jauh dari orang tua, maka ia pun mengalami saat-saat sulit tinggal di kosan, tidak adanya kiriman dari orang tua, uang tak ada. Menjadikannya berfikir keras untuk menyelesaikan kuliahnya. Beruntung ia berteman dengan anak-anak yang berbaik hati dan mau menolongnya. Ditambah sikap supel dan mudah bergaul, ia pun tak pernah kelaparan. Selalu saja ada pertolongan dari teman-temannya. karena sifatnya yang suka menolong siapa saja yang ditemuinya ia pun punya beberapa orang tua angkat di Bengkulu.

Di akhir tahun …… saat ia menyelesaikan kuliahnya ternyata Allah mempertemukan dengan jodohnya. Ia pun nekat menikah. Seorang adik tingkat di almamater yang menjadi pujaan hati dilamar olehnya. Dan ternyata jalan mulus belum juga berpihak padanya. Kedua orang tua mereka tak setuju atas pernikahan itu. Baik orang tua Junaidi maupun orang tua Istrinya. Ketidaksetujuan itu disebabkan keduanya belum menamatkan kuliah mereka. Karena jasa baik salah seorang temannya, pernikahan Junaidi dilaksanakan dengan sumbangan sukarela dari teman-temannya.

Setamat kuliah ia mulai melamar pekerjaan kesana kemari menggunakan ijazah Sarjananya. Namun nasib tak selamanya berjalan lurus. Lamarannya ditolak oleh beberapa instansi. Berkali-kali tes PNS, tak juga memuluskan jalannya, 10 kali tes maka sepuluh kali pula ia gagal.

Namun Junaidi tidak patah arang Setelah selesai resepsi. Ia segera membawa sang istri yang berasal dari daerah Bengkulu Selatan ke Kota Bengkulu. Di sinilah dimulai perjalanan karir seorang Junaidi Hamzah.

Tahun-tahun pertama kehidupan rumah tangganya, diwarnai dengan sulitnya perekonomian mereka. Sang istri dengan setia menerima kondisi tersebut. Belum mendapat pekerjaan tetap membuat sang istri pun berfikir bagaimana mambantu suaminya mencari nafkah. Berbagai cara ia tempuh, mulai dari mencari pucuk ubi yang tumbuh liar di sekitar perumahannya untuk kemudian ia jual kembali di pasar, sampai berjualan sayur, di tengah terik matahari, jalanan becek ditambah cacian dan cemoohan orang-orang terhadap mereka. Seorang sarjana namun harus berjualan sayur. Tentu hal itulah yang mendasari beberapa orang menggunjing mereka.

Bagi Junaidi, melihat istrinya bekerja sebagai penjual sayur, tentu tak sampai hati ia melihatnya. Namun apa mau dikata tuntutan hidup memaksanya untuk berbesar hati menerima kenyataan itu.

Setelah sekian lama menanti akhirnya sebuah perusahaan penerbitan buku menerima Junaidi bekerja. Dan ia pun menjadi sales buku-buku pelajaran. Mendatangi sekolah-sekolah untuk menawarkan buku-buku yang akan dijual ke siswa. sampai di sana ia pun bersyukur, paling tidak sudah ada sedikit rezeki untuk menghidupi keluarganya. Namun dalam perjalanannya ia mendapat beberapa cobaan, mulai dari tak bisa menagih uang buku yang sudah dijual kepada siswa-siswa maupun ujian –ujian kesabaran menghadapi tingkah polah para konsumen.

Sampai suatu ketika, ia yang dari kampus sudah aktif di berbagai kegiatan organisasi kampus, mendapat tawaran mengisi ceramah. Saat itu penceramah asli berhalangan hadir. Dan iapun mencoba-coba memenuhi tawaran tersebut.

Berbicara di hadapan mahasiswa sudah sering ia lakukan semenjak aktif di Menwa sebuah organisasi kampus yang mirip militer. Namun menjadi penceramah di depan masyarakat, tentu adalah hal yang belum terbiasa ia lakukan. Dengan berbekal pengetahuan yang ia peroleh di bangku kuliah ia pun mengisi ceramah dengan gayanya sendiri.

Dan ternyata respon masyarakat yang mengikuti ceramahnya sangat positif. Sejak itu ia pun belajar untuk bisa berceramah layaknya para ustadz-ustadz kondang.

Di tahun 1997, ia kembali mengadu nasib dengan mengikuti tes masuk Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Kementrian Agama saat itu masih Departemen Agama, ternyata ia diterima. Ia ditempatkan di sebuah desa yang jauh dari keramaian kota. Sebuah desa di kaki pegunungan. Desa Kertapati Kabupaten Bengkulu Tengah. Disanalah ia memulai mengajar. Namun ia tak membawa serta anak istrinya, akibatnya ia pun harus rela pulang pergi ke sekolah tempatnya bertugas menempuh hutan dan pedesaan yang jalannya berlobang dan penuh lumpur. Setiap minggu dan hari libur ia pulang ke rumahnya di Bumi Ayu.

Mengajar di pedalaman jauh dari keramaian kota, tentu punya tantangan tersendiri. Berbagai fasilitas yang serba terbatas serta latar belakang siswa-siswinya yang jauh dari kesan berada membuatnya tak berputus asa menghadapi kenyataan tersebut. Ia pun mengalami masa-masa sulit itu dengan lapang dada. Baginya sudah menjadi pegawai negeri saja sudah cukup membahagiakan orang-orang terdekatnya.

Pada tahun 2003, ia mendengar kabar dibukanya Madrasyah Aliyah Negeri 2 yang awalnya merupakan rintisan dari sekolah jarak jauh MAN 1. Dengan diresmikannya MAN 2 Kota Bengkulu, maka iapun mengajukan diri untuk pindah ke MAN 2. Dan ternyata usulannya diterima.

Sejak saat itu ia kembali bisa berkumpul bersama keluarganya tercinta. Setiap hari ia mengajar dengan penuh semangat di MAN 2. Baginya ujian saat ditempatkan di pedalaman merupakan sebuah momen yang membuat ia banyak-banyak bersyukur. Hal itu lah yang membuatnya tak pernah mengeluh jika harus datang ke sekolah pagi-pagi sekali.

Bersamaan dengan kiprahnya di dunia pendidikan, maka ia pun semakin dikenal luas di masyarakat lewat kepiawaiannya berceramah. Mulai dari undangan mengisi ceramah di resepsi pernikahan, tabligh musibah, siraman rohani di instansi-instansi, majelis taklim hingga perusahaan-perusahaan yang tentu semakin melambungkan namanya. Undangan mengisi ceramahpun membanjiri agendanya. Inilah yang membuatnya kemudian dilamar oleh Agusrin Najamudin untuk menjadi pasangannya menjadi Kepala Daerah pada pemilu 2010 lalu.

Tak banyak orang yang mengira bahwa duet Agusrin Junaidi akhirnya bisa menang meskipun harus melewati berbagai rintangan seperti dilaporkan ke Mahkamah Konstitusi. Namun jika Allah berkehendak atas segala sesuatu maka sesuatu hal yang mustahilpun bisa terjadi. Dan Junaidi Hamzah membuktikannya.

Dan tak ada seorangpun mengira, dari jabatan seorang Wakil Gubernur yang diamanahkan ke pundaknya membawanya menjadi orang nomor satu di Provinsi Bengkulu saat ini. Menjadi Plt. Gubernur Provinsi Bengkulu. Meskipun hanya pelaksana tugas, baginya sebuah anugerah dari Allah, tak mungkin diraihnya tanpa ada usaha, kerja keras, serta senantiasa berbaiksangka kepada Sang Penggenggam dunia dan seisinya.

Semoga kita bisa mengambil manfaat dari semua yang terkandung dalam buku ini. Dan saya berharap terlepas dari segala hal yang melatarbelakangi dari penyusunan buku ini, marilah kita mengambil hikmah dari segala yang terkandung di dalamnya. Seorang Junaidi Hamzah juga seorang manusia biasa yang tak luput dari celah dan salah, namun saya berharap kebaikan yang ada padanya bisa kita ambil pelajarannya.(**)

Penulis : M. Firdaus Pimpinan Perusahaan Harian Bengkulu Ekspress

Related

Cerita Sedih Irma June Dibalik Lagu Do Your Best yang Jadi Theme Song From Bali With Love

Kupas Musik - Kemerduan vokal yang dimiliki penyanyi legendaris...

AM Hanafi Sang Perlente Kawan Soekarno yang Disambut Fidel Castro

AM Hanafi (kiri) bersama Fidel Castro (kanan), Foto: Dok/margasarimaju.com AM...

Menjadi yang Terbaik Tak Perlu Menjatuhkan Pihak Lain

Inspiratif, kupasbengkulu.com – Seorang Guru membuat tangga 10 injakan, lalu...

Beni Ardiansyah Direktur WALHI Bengkulu Terpilih ” Keadilan Itu Harus Direbut”

Kota Bengkulu,kupasbengkulu.com - Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Bengkulu...

Otna Pilih Hidup Diatas Sampan Reot dan Air Payau Daripada Hidup Menjadi Budak

Kota Bengkulu,Kupasbengkulu.com -  Petang itu suasana di sudut Pesisir...