Kamis, Maret 28, 2024

Mulai Bekerja dan Tugas Belajar (1960-1967) (Bagian III)

SEBUAH BIOGRAFI ICHWAN YUNUS

Datuk

Dihadapkan Pada Pilihan yang Sulit

Setelah menyelesaikan dengan baik Sekolah Menengah Ekonomi Atas (SMEA), bukannya ia merasa puas, tapi sebaliknya Ichwan Yunus semakin ingin menambah ilmu pengetahuannya. Semakin kuat pula keinginannya untuk tetap belajar dan belajar lagi. Namun ia dihadapkan pada pilihan yang sulit. Di satu sisi keinginan untuk melanjutkan studinya ke jenjang lebih tinggi masih sangat kuat. Di sisi lain ia juga sadar kalau biaya memasuki perguruan tinggi sangat mahal sedang ia dan keluarganya tidak mungkin mampu menyediakan dana untuk itu.

Kalau pun mampu untuk memasukinya, Ichwan khawatir akan terputus di tengah jalan. Untuk itu ia tidak kuasa untuk mengutarakan maksudnya, apalagi harus memaksakan diri, karena Ichwan merasa selama ini orang tua dan keluarga bibinya sudah terlalu banyak berkorban guna membiayai hidup dan studinya. Tidak ada pilihan lain bagi Ichwan ketika itu, kecuali harus bekerja untuk mendapatkan uang guna melanjutkan studinya. Atas kebaikan bapak kosnya, ia diberi referensi untuk melamar pekerjaan pada Bank Sriwijaya, karena salah satu direktur bank tersebut adalah sahabat baiknya.

Bagi bapak/ibu kosnya, tidak ada- keraguan sedikit pun untuk memperkenalkan dan mengajukan Ichwan bekerja di kantor sahabatnya itu. Ia tahu persis kemampuan Ichwan, dan pasti tidak akan mengecewakan apapun pekerjaan yang dibebankan kepadanya, asalkan masih dalam bidangnya. Hampir tidak ada hambatan atau kesulitan, akhirnya Ichwan diterima dan mulai bekerja pada bank milik daerah ini dengan gaji yang cukup, bahkan berlebih jika hanya dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.

Belum lama bekerja di bank ini, ia dibebani pekerjaan pembukuan Persatuan Sarjana Hukum Indonesia. Karena mungkin pekerjaan ini dianggap berat dan memerlukan waktu dan konsentrasi ekstra, maka Ichwan diberi waktu dua hari, dan selama itu pula ia diizinkan untuk tidak masuk kantor sampai pekerjaan itu selesai.

Namun apa yang terjadi, betul-betuI diluar dugaan. Pekerjaan yang diberi waktu dua hari itu dapat dirampungkan dengan baik oleh Ichwan dalam tempo kurang dari empat jam. Sungguh spektakuler, mengundang decak kagum bagi petinggi-petinggi dan karyawan Bank Sriwijaya. Tidak hanya itu, prestasi mengagumkan ini sampai pula ke telinga Direktur Utama.

Suatu saat Ichwan dipanggil menghadapnya. Di hadapan Dirut, ichwan tidak hanya mendapatkan pujian, tetapi lebih dari itu ia diberi memo untuk menghadap Direktur Bank Tani dan Nelayan (sekarang Bank BRI), untuk bekerja sekaligus mendapatkan jatah Sekolah Staf Bank. “ ….. saya kagum dengan pekerjaan dan prestasi anda, sekarang you bawa memo saya ini menghadap Direktur Bank Tani dan Nelayan. You bisa bekerja di sana dan sekaligus mengikuti Sekolah Staf Bank“. Demikianlah Ichwan berusaha mengingat kembali kata-kata Dirut Bank Sriwijaya ketika itu.

Setelah keluar dari ruang Dirut Bank Sriwijaya, perasaan harap dan cemas menyelimuti hatinya. Satu sisi hatinya sangat senang mendapatkan semacam reward (penghargaan) yang luar biasa dari pimpinannya, dan ia berharap dapat diterima di Bank Tani dan Nelayan, sekaligus Sekolah Staf Perbankan. Masa depan yang cerah seolah sudah di depan mata. Di sisi lain Ichwan merasa cemas bagaimana dan apa saja yang harus ia persiapkan untuk menghadap Direktur Bank Tani dan Nelayan.

Sesampainya di rumah kos, Ichwan menceritakan semua hal ikhwal seputar pertemuannya dengan Big Boss di kantornya kepada Bapak Indekosnya. Setelah mendengarkan dengan seksama cerita Ichwan, dengan serta merta Bapak Indekos memberikan suport kepada Ichwan untuk menuruti saran Dirut Bank Sriwijaya. Ia meminta Ichwan untuk segera mempersiapkan segala sesuatunya.

Pengalaman yang paling mengesankan Ichwan ketika itu, adalah saat hendak berangkat mengantarkan lamaran ke Bank Tani dan Nelayan, Bapak Indekosnya menyarankannya untuk berpakaian rapi dan formal sebagaimana layaknya pegawai bank. Ichwan dengan senang hati menerima saran tersebut, lantas mempersiapkan segala sesuatunya, kecuali dasi yang dia tidak punya. Seperti biasanya jika menemui kesulitan, Ichwan selalu saja mengadu kepada Bapak Indekosnya. Untuk yang satu ini, Ichwan tidak hanya dipinjami dasi, tetapi juga dipasangkan, karena baru pertama kali inilah sepanjang sejarah kehidupannya, Ichwan mengenakan dasi.

Keesokan harinya, setelah menyiapkan berbagai kelengkapan administrasi yang dibutuhkan, berpakaian bersih dan rapi lengkap dengan dasinya, didorong dengan rasa percaya diri yang penuh berangkat dengan menumpang oplet menuju lokasi dimana Bank Tani dan Nelayan berada. Karena membawa memo dari Dirut Bank Sriwijaya, maka tidak ada kesulitan baginya, bahkan disambut baik dan diantarkan menemui Direktur.

Tapi apa hendak dikata, bak pepatah mengatakan, malang tak dapat ditoIak, untung tak dapat diraih, dewa keberuntungan belum Mulai Bekerja dan Tugas Belajar berpihak kepadanya. Dengan sangat menyesal, dan tidak bermaksud mengecewakan Dirut Bank Sriwijaya dan Ichwan. Dirut harus jujur mengatakan bahwa lamaran yang dimaksud sudah terisi oleh orang lain. Direktur terus meyakinkan Ichwan, bahwa penolakan ini bukan karena pihak mereka menganggap Ichwan tidak mampu, akan tetapi semata-mata hanya persoalan waktu saja. Secara kebetulan Ichwan datangnya sedikit terlambat.

Sebagai manusia biasa, Ichwan tentunya merasa kecewa karena sesuatu yang diharapkan tidak tercapai. Namun ia bukan tipe laki-laki cengeng yang menyesali dan meratapi kegagalannya. Apa lagi kegagalan kali ini bukan karena ketidakmampuannya, tetapi semata-mata karena persoalan waktu sebagaimana disampaikan oleh pihak Bank Tani dan Nelayan tadi.

Dia juga sama sekali tidak mencari kambing hitam tentang siapa yang bersalah karena keterlambatan informasi yang diterimanya.Tidak ada kata-kata terucap dari bibirnya, kecuali ia bergumam, bahwa belum rezeki dia untuk menjadi Banker.

Ia bersikap biasa-biasa saja, dan kembali ke kantor Bank Sriwijaya tempat ia bekerja semula, tanpa memperlihat kan wajah kekecewaannya. Ichwan melaporkan hasil pertemuannya dengan salah satu Direktur Bank Tani dan Nelayan tadi kepada Direktur Bank Sriwijaya yang memberi memo kepadanya.

Selanjutnya ia langsung bekerja sebagaimana biasanya. Karena keinginannya yang sangat kuat untuk melanjutkan studinya mengalahkan segala-galanya, termasuk berbagai pertimbangan-pertimbangan pahit yang pernah ada dalam pikirannya.

Suatu hari Ichwan memberanikan diri menghadap Direksi Bank Sriwijaya tempat ia bekerja untuk memohon diberikan izin kuliah sambil bekerja. Akan tetapi jawaban sang direksi tidak seperti yang diharapkan oleh Ichwan. Sang direksi menyarankan Ichwan untuk bekerja saja dulu, kalau nanti sudah mapan barulah berencana untuk kuliah.

”Saya dulu juga berangkat dari bawah seperti anda. Jadi bersabarlah dan bekerjalah dulu dengan serius,” ujar sang direksi ketika itu yang masih diingat oleh Ichwan.

Bagi Ichwan, saran atau nasehat direksi tersebut tidaklah salah, tapi keinginannya untuk kuliah lebih besar dibandingkan dengan mengikuti saran sang direksi. Oleh karena itu ia memutuskan untuk berhenti bekerja di Bank Sriwjaya dan mulai kuliah di Universitas Sakyakirti Palembang, yang sekarang dikenal dengan Universitas Sriwijaya (Unsri).

Setelah berjalan satu semester, Ichwan mulai merasakan kesulitan biaya kuliah, sekarang ia baru tahu bahwa biaya kuliah itu jauh lebih tinggi dari biaya sekolah di SMEA dulu. Ia mulai dihadapkan pada pilihan yang sulit. Satu sisi keinginan untuk meneruskan kuliahnya sangat besar di sisi lain mengingat besarnya biaya yang dibutuhkan, tidak mungkin rasanya ia meneruskan kuliahnya. Namun betapapun sulitnya, ia tetap tekun dan konsentrasi dalam mengikuti kegiatan-kegiatan akademisnya.

Di tengah-tengah keadaan sulit itulah, secara kebetulan Ichwan membaca surat kabar Sinar Harapan, yang disodorkan oleh Bapak Indekosnya. Disana ada pengumuman penerimaan Kursus jabatan Pembantu Akuntan bagi alumni SMEA yang mempunyai niiai ijazah rata-rata diatas 7 (tujuh). Bagi yang dinyatakan lulus administrasi, akan mendapatkan beasiswa penuh dari pemerintah, dalam hal ini Departemen keuangan.

Ichwan yang memang ményukai tantangan ini sangat tertarik dengan pengumuman tersebut, Tanpa pikir panjang ia membuIatkan tekat untuk turut berkompetisi, karena ia sangat yakin dengan kemampuannya. jangankan hanya sekedar seleksi administatif, karena memang nilai rata-rata ijazahnya di atas 7 (tujuh) seleksi kemampuan akademik, tertulis atau lisan pun ia siap.

Akan tetapi betapa pun bulatnya tekad, kerasnya inginan dan tingginya rasa percaya diri, ia tetap rendah hati. Adalah Komaruddin, bapak Indekosnya tempat ia selama ini mengadu, bertukar pemikiran, meminta saran, pendapat dan pertolongan tidak dilupakannya. Ia lantas berkonsultasi, minta saran dan pertimbangan tentang keinginannya melamar Kursus jabatan Pembantu Akuntan tadi. Termasuk kesulitan memenuhi salah satu persyaratan sebagaimana tertera dalam pengumuman, yakni harus mendapatkan persetujuan tertulis otang tua/wali.

Tidak mungkin bagi Ichwan untuk mendapatkan izin tertulis otang tuanya, karena jika ia harus pulang dulu ke Bengkulu. Pasti akan memakan waktu yang lama, apa lagi jika hanya lewat surat, akan lebih lama lagi. Sedangkan lamaran tersebut harus segera dikirimkan, mengingat batas waktu lamaran yang harus diterima Panitia sudah sangat singkat.

Bapak Indekosnya menyambut baik keinginan Ichwan dan menganjurkannya untuk segera membuat lamaran yang dilengkapi dengan persyaratan- persyaratan yang diminta. soal persetujuan tertulis dari orang tua/wali adalah tanggung jawab Bapak Indekosnya, yang dengan senang hati bersedia menjadi walinya Ichwan. Lamaran tersebut lantas dibawa langsung oleh Bapak Indekosnya yang secara kebetulan bekerja di Kantor Pos itu untuk dikirimkan kepada alamat sebagaiman tertera dalam pengumuman di koran tadi.

Ichwan tidak tahu persis berapa jumlah orang yang tertarik dan melamar kursus tersebut. Yang jelas menurut informasi dari Bapak indekosnya, bahwa lamaran yang dikirim lewat Kantor Pos cukup banyak. Termasuk Murni teman Ichwan yang sama-sama berasal dari Mukomuko, ikut juga melamar.

Menunggu biasanya adalah pekerjaan yang membosankan, terlebih dalam kasus penantian terhadap diterima atau tidaknya sebuah lamaran seperti yang sedang dialami Ichwan dan para pelamar yang lain. Sudah bisa dipastikan semuanya merasakan harap-harap cemas. Berharap dapat diterima, dan cemas karena takut gagal.Tidak demikian halnya dengan Ichwan, ia merasa biasa-biasa saja. Berharap itu pasti,tetapi ia tidak pernah merasa cemas dan gelisah.

Paling tidak ada tiga faktor yang membuat Ichwan jauh dari rasa cemas dan gelisah; Pertama, bagi Ichwan, setelah lamarannya terkirim.

Ia merasa usahanya sebagai hamba Allah untuk sementara sudah maksimal, karena dalam hal ini memang tidak ada lagi yang bisa diperbuat kecuali do’a. Kedua, karena rasa percaya diri dan optimisme yang tinggi sudah menjadi karakter dirinya, ia yakin betul kalau lamarannya akan diterima. Ketiga, secara kebetulan Ichwan masih aktif kuliah, maka ia tetap konsentrasi dengan kuliahnya. Ketiga faktor inilah yang membuat Ichwan tidak merasakan bosan, cemas dan gelisah dalam penantiannya.

Tidak terasa saat-saat yang dinanti itu akhirnya tiba, surat pemberitahuan tentang hasil seleksi administratif sudah ditangannya.

Ia dinyatakan lulus/diterima sebagai peserta kursus. Yang sangat membanggakan Ichwan ketika itu adalah bahwa dari sekian banyak pelamar, ternyata Ichwan lah yang paling beruntung, ia satu-satunya dari Palembang yang dinyatakan lulus dan mendapatkan panggilan untuk mengikuti kursus tersebut.

Namun demikian, tidak hanya Ichwan yang merasakan kegembiraan atas keberhasilan ini, ekspresi kegembiraan terlihat jelas diwajah ibu dan bapak indekosnya. Ucapan selamat dan decak kagum juga datang dari kawan-kawan seperjuangannya. Semuanya memberi semangat dan motivasi kepada Ichwan untuk terus berjuang tanpa henti.(gie/adv) (Bersambung)

Disadur dari Buku
Penulis : Khairuddin Wahid
Judul : Pengabdian Sang Putra Pandai Besi (Sebuah Biografi Ichwan Yunus)
Penerbit : LPM Exsis
Cetakan : 1, Januari 2010

Related

Pemuda Pancasila Mukomuko Datangi Kesbangpol Daftarkan Pengurus Baru

Adhika Kusuma Saputra, Ketua MPC Pemuda Pancasila Kabupaten Mukomuko,...

Larangan Aktivitas TPA di PT. DDP Matikan BUMDes Unit Pengolahan Sampah

Kupas News, Mukomuko - Sejumlah warga di Ipuh menyatakan...

Kaum Dhuafa dan Anak Yatim di Mukomuko Terima Santunan dari Bupati Sapuan

Bupati Mukomuko Sapuan saat memberikan sambutan di hadapan puluhan...

Sinergitas Pemilu 2024, KPU Teken Kerjasama dengan Polres Mukomuko

Kupas News, Mukomuko – Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten...

Bid Propam Sosialisasikan Pembinaan Etika Polri di Polres Mukomuko 

Kupas News, Mukomuko - Kasubbid Wabprof Bid Propam Polda...