Sabtu, April 27, 2024

Masyarakat Sipil Tolak PLTU Teluk Sepang

Aksi tolak PLTU Batubara
Aksi tolak PLTU Batubara

Kota Bengkulu, kupasbengkulu.com – Puluhan massa yang tergabung dalam Koalisi Masyarakat Sipil Bengkulu (KMSB) menolak adanya pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di kawasan Teluk Sepang, Kecamatan Kampung Melayu.

Dalam penolakannya ini puluhan massa tersebut menggelar aksi protes di depan kantor Badan Lingkungan Hidup (BLH) Provinsi Bengkulu. Menurut mereka pembangunan PLTU tersebut dapat merusak dan meracuni lingkungan masyarakat sekitar.

Hal ini juga disampaikan koordinator aksi, Ayub Saputra. Pihaknya mengharapkan pemerintah Provinsi Bengkulu seharusnya bisa memikirkan solusi lain tanpa harus menggunakan PLTU. Menurutnya lebih baik pemerintah menggunakan energi lain seperti panas bumi, angin, tenaga surya, dan air.

“PLTU mengotori udara dengan polutan beracun, termasuk merkuri, timbal, arsenik, cadmium, dan partikel halus namun beracun yang dapat menyusup ke dalam paru-paru masyarakat,” ujar Ayub.

Menurutnya, akibat dari pembangunan PLTU ini tidak hanya berdampak buruk bagi kesehatan masyarakat. Faktor lain seperti perekonomian masyarakat juga akan menjadi korban keganasan dari dampak PLTU tersebut.

Dikutip dari laman Greenpeace, yang dikuatkan dari hasil penelitian Harvard University Badan Energi Internasional (IEA), mengungkapkan bahan bakar fosil batubara menyumbang 44 persen dari total emisi CO2 global. Pembakaran batubara adalah sumber terbesar emisi gas GHG (Green House Gas), yang memicu perubahan iklim. Batubara yang dibakar di PLTU memancarkan sejumlah polutan seperti NOx dan SO3, kontributor utama dalam pembentukan hujan asam dan polusi PM2.5. Masyarakat ilmiah dan medis telah mengungkap bahaya kesehatan akibat partikel halus (PM2.5) dari emisi udara tersebut.

PLTU batubara juga memancarkan bahan kimia berbahaya dan mematikan seperti merkuri dan arsen. Partikel-partikel polutan yang sangat berbahaya tersebut, saat ini mengakibatkan kematian dini sekitar 6.500 jiwa per tahun di Indonesia. Estimasi yang dilakukan Universitas Harvard dalam laporan Greenpeace Indonesia 2015, menunjukan penyebab utama dari kematian dini termasuk stroke (2.700), penyakit jantung iskemik (2.300), kanker paru-paru (300), penyakit paru obstruktif kronik (400), serta penyakit pernafasan dan kardiovaskular lainnya (800). Estimasi angka tersebut diperkirakan akan melonjak menjadi sekitar 15.700 jiwa per tahun seiring dengan rencana pembangunan PLTU batubara baru. (nvd)

Related

Lawan Serius Petahana, Teddy Rahman Lengkapi Persyaratan Balon Bupati Seluma

Lawan Serius Petahana, Teddy Rahman Lengkapi Persyaratan Balon Bupati...

Indeks Demokrasi Indonesia di Bengkulu Tahun 2022 pada Angka 73,23

Indeks Demokrasi Indonesia di Bengkulu Tahun 2022 pada Angka...

Kunjungan Kapolres Mukomuko ke Polsek Penarik Pastikan Situasi Kamtibmas

Kunjungan Kapolres Mukomuko ke Polsek Penarik Pastikan Situasi Kamtibmas ...

Jaksa Usut Keterlibatan TAPD di Kasus Dugaan Penyelewengan Dana Stunting

Jaksa Usut Keterlibatan TAPD di Kasus Dugaan Penyelewengan Dana...

View Tower Lapangan Merdeka Bakal Dirobohkan

View Tower Lapangan Merdeka Bakal Dirobohkan ...