
Kaur, kupasbengkulu.com – Terumbu karang merupakan hutan bagi ekosistem laut, yang mana terumbu karang ini ikan dan binatang laut lainnya, bisa tumbuh dan berkembang biak. Karena terumbu karang merupakan sumber makanan dan perlindungan bagi habitat laut dan melindungi pantai dari erosi akibat gelombang laut.
Untuk melindungi terumbu karang ini, Pasangan Suami Istri (Pasutri) Sapto Mugiyanto dan Desy Hadriani bersama masyarakat nelayan di Kabupaten Kaur mencari solusi. Apa itu?
Ya, mereka menciptakan rumah gurita yang diberi nama D’Si, yang diambil dari nama keduanya dan sudah dimodifikasi sedemikian rupa dengan berbahan baku kawat dan pasir, yang dicampur semen sehingga sangat menyerupai karang-karang dilautan sebagai kearifan lokal.
Rumah gurita ini dibuat serupa mungkin dengan karang yang menyerupai kubah kecil, dan diberi beberapa lobang diatas dan disamping, sedangkan dibagian bawah dibiarkan menganga, lobang yang dibuat supaya gurita bisa masuk dan menjadikan itu rumahnya. Bentuknya tidak terlalu besar dengan diameter 25.
Kearifan lokal dalam Pembuatan rumah gurita ini sangat beralasan, karena di Kabupaten Kaur memiliki potensi gurita. Dan setiap hari para nelayan mencari gurita dengan menggunakan tombak dan linggis.
“Untuk mencegah kerusakan terumbu karang oleh para nelayan yang mencari gurita dengan menggunakan linggis dan benda tajam lainnya. Sehingga mengakibatkan terumbu karang pada mati. Maka kita mencoba untuk membuat rumah gurita yang mana akan kita buat menyerupai karang, sehingga nanti rumah gurita buatan ini bisa ditumbuhi lumut dan rumput laut,” kata Sapto Mugiyanto didampingi Desy Hadriani, Sabtu (17/01/2015).
Ditambahkan Desy, dengan cara ini mereka bisa melakukan sosialisasi kepada para nelayan supaya peduli terhadap terumbu karang. Khususnya kepada masyarakat yang tinggal di sepanjang garis pantai.
”Kita akan produksi rumah gurita ini dalam jumlah banyak, kemudian akan kita sebar secara serentak. Tentunya dengan bantuan perahu nelayan,” pungkas Desy.
Selain membuat rumah gurita Sapto juga bersama masyarakat setempat membuat beberapa alat pancing gurita, sehingga nantinya nelayan tidak lagi menggunakan linggis dan tombak untuk menangkap gurita, melainkan akan dipancing.(mty)