Resonansi: Benny Hakim Benardie
Buruh adalah orang yang bekerja untuk orang lain dengan mendapat upah. Ada buruh harian, yang menerima upah berdasarkan hari masuk kerja.
Buruh kasar, buruh yang menggunakan tenaga fisiknya karena tidak mempunyai keahlian di bidang tertentu. Buruh musiman, buruh yang bekerja hanya pada musim-musim tertentu.
Buruh tambang buruh yang bekerja di pertambangan. Buruh tani buruh yang menerima upah dengan bekerja di kebun atau di sawah orang lain.
Buruh terampil buruh yang mempunyai keterampilan di bidang tertentu. Buruh terlatih buruh yang sudah dilatih untuk keterampilan tertentu.
Penjabaran itu jelas kedengarannya, dalam maknanya namun sulit bagi kehidupan buruhnya. Apalagi buruh tersebut masih kontrak, outsourcing.
Seorang aktivis rasionalis, nasionalis mengkritisi geliat may day ini. dia bilang, ada apa dengan hari buruh di negara berbendera Merah Putih. Kenapa mesti di peringati?
Sembari berteriak dalam kalbunya, aktivis itu menitikkan air mata. Hari buruh….Kalian bukan buruh. Kalian semua adalah pemilik tanah ini. Kalian semua adalah pemasok kebutuhan hidup negara dan negara lain.
Kenapa kalian masih mengangap diri kalian buruh? Air kalian punya, gunung kalian punya, laut kalian luas tak bertepi. Kenapa kalian masih menganggap diri kalian buruh?
Ya sudah…..Kecuali diri kalian sendiri yang bangga dengan sebutan Sang Buruh, Perkerja buruh Nasional”.
Sayangnya itu teriakan dari kalbu Sang aktivis itu tak bergaung di telinga orang banyak. Tak bisa menghantam gendang telinga yang lagi berkuasa.
Apakah akan dibiarkan mereka memakai baju buruh tanpa kejelasan statusnya, ataukah diberikan statusnya jelas, gaji tetap, prospek cerah? Tetapi terserahlah, meskipun terkadang kita lupa beda antara buruh dan pekerja.
Ucapan selamat hari buruh mesti terucap, diberbagai mass media, repersentatif kilas anak negeri kaya raya.
Jurnalis