Kupasbengkulu.com, Rejang Lebong – NA (17), remaja asal Kecamatan Beramani Ulu Raya (BUR), Kabupaten Rejang Lebong diamankan warga setempat, Kamis (21/1/2016) malam, usai diduga mencabuli seorang siswi kelas III SD.
Sebut saja Bunga (10) yang mengalami nasib tragis. Akibatnya warga murka akan ulahnya yang diduga berbuat cabul. Tak hanya itu, korban juga sempat dianiaya dan diancam, agar tidak memberi tahu siapapun atas kelakuan bejatnya.
Kronologis kejadian, awalnya pelaku diketahui dalam kondisi mabuk minuman keras, berjalan di perkebunan wilayah setempat pada Kamis petang. Tak disangka korban berpapasan dengan NA yang lewat berdua rekannya dengan mengendarai sepeda. Entah setan apa yang merasuk ketubuhnya, pelaku langsung menarik korban dari atas sepeda hingga terjatuh.
Setelah korban terjatuh, pelaku langsung menindih tubuh korban. Tidak hanya itu, tangan pelaku juga menggerayangi tubuh korban dan menciumi wajahnya.
Korban tidak begitu saja terima dengan perbuatan pelaku, dan mencoba melawan dan berteriak minta tolong. Namun pelaku yang sudah kalap, langsung meninju wajah korban beberapa kali, dilanjutkan dengan beberapa kali tamparan kepipi korban.
Akibat kejadian itu, korban mengalami memar dan bengkak di kelopak mata dan sekujur wajahnya. Pelaku sempat mengancam korban untuk tidak melaporkan kejadian ini kesiapapun. Rekan korban yang sempat mencari pertolongan, dan melaporkan kejadian itu pada orang tua korban. Hasilnya, orang tua korban bersama warga langsung mencari pelaku. Tidak lama pelaku berhasil ditemukan dan dibawa ke Polsek BUR.
“Saya tidak memperkosa dia, saya hanya memegang dada dan paha, juga menciumi wajahnya”, kata pelaku pada penyidik.
Meskipun demikian, petugas tidak langsung mempercayai penuturan pelaku, dan masih akan terus melakukan pengembangan atas ulah pelaku. Selain itu, dari kesaksian pelaku pada penyidik diketahui, pelaku kebanyakan nonton film porno.
Kapolsek BUR, Iptu Lilik Sucipto, membenarkan adanya kejadian tersebut. Ia menyatakan pihaknya masih akan terus menyelidiki kasus ini dengan menunggu hasil visum. “Kami juga berharap pada orang tua agar bisa memberikan pemahaman akan ancaman bahaya terhadap anak-anak, khususnya perempuan,” jelasnya. (vai)