Kamis, April 25, 2024

Analisa Kekuatan Jokowi dan Prabowo

sumber foto: merdeka.com
sumber foto: merdeka.com

kupasbengkulu.com – Tren bakal calon presiden dari Partai Demokrasi Indonesia ( PDIP )  Jokowi cenderung menurun. Berbeda dengan Capres dari Partai Gerindra Prabowo Subianto ,naik cukup signifikan. (baca: Mengungkap Langkah Prabowo-Amin Rais Saat Kerusuhan Mei)

Data tersebut didapat hasil survei yang digelar Lembaga Survei Saiful Mujani Reseach and Consulting (SMRC) sejak bulan Desember 2013 hingga April 2014.

SMRC menyebut, elektabilitas Jokowi mengalami perubahan menurun cukup signifikan. Rinciannya, 51 persen pada Desember 2013. Lalu turun pada Febuari 2014, yaitu 39 persen, lalu pada Maret kembali naik 52, dan yang terakhir kembali mengalami penurunan di bulan April pascaPemilu Legislatif (Pileg), yaitu 47 persen.

Berbeda dengan Prabowo, elektabilitasnya naik, dari 22 persen di bulan Desember 2013, menjadi 32 persen selesai Pileg, 9 April lalu. Namun, hasil survei belum bisa dijadikan acuan kemenangan bagi pasangan Capres dan Cawapres.

Menurut dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) Universitas Jember (Unej), Himawan Bayu Patriadi, besarnya koalisi partai politik pendukung Capres dan Cawapres tidak selalu berbanding lurus dengan besarnya perolehan suara saat pemilihan.

“Ssuara pemilih yang belum menentukan pilihannya, akan memiliki pengaruh besar. Perilaku pemilih saat pemilihan presiden berbeda dengan perilaku pemilih saat pemilu legislatif. Afiliasi ke partai tak berbanding lurus dengan pilihan kepada sosok presiden,” terang Bayu.

Mengacu pada Pilpres 2004, lanjut Bayu, saat itu, berdasarkan hasil tracking sejumlah lembaga survei, pemilih Susilo Bambang Yudhoyono – Jusuf Kalla (SBY-JK) berasal dari pemilih beragam partai politik.

“Mereka melihat figur daripada partai, kecuali partai yang memiliki segmen massa kuat seperti Partai Keadilan Sejahtera dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan,” katanya lagi.

Lebih jauh, Bayu menilai, dalam kondisi seperti ini (peta politik yang masih bisa berubah) yang lebih diuntungkan adalah Prabowo. Mantan Danjen Kopassus itu bisa tampil dalam citra Capres alternatif, karena selama ini, citra Jokowi tidak bisa lepas dari citra PDIP . (Simak: Jokowi “The Rising Star”, Masa Kecil yang Selalu Tergusur)

Prabowo, kata Bayu, tidak banyak bergantung pada citra Partai Gerindra . Sebab, basis massa pendukung partainya belum sekuat dan sefanatik PDIP .

“Tapi diuntungkan belum tentu bisa memenangkan. Semua tergantung dari kemampuan Prabowo dan Gerindra untuk memanfaatkan dan mengemas citra itu alternatif,” papar dia.

Direktur Riset, Komunikasi, dan Pasar Sigma Indonesia, Sigit Budhi Setiawan mengatakan, ada dua kemungkinan keberpihakan pemilih cair (swing voters). Yang pertama massa golongan putih atau golput.

“Dan kedua memilih Prabowo karena saat ini dia memperoleh legitimasi dari dua partai berbasis Islam, yaitu PAN dan PKS. Sementara Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj juga ke Prabowo,” ujar Sigit.

“Prabowo menyodorkan citra sebagai sosok Capres yang kuat dan tegas. Jika Jokowi tidak hati-hati mengawal suara swing voters, dukungan terhadap dirinya bisa turun,” tandas Sigit.(kps)

dikutip dari : merdeka.com

Related

Bawaslu Seluma Ingatkan Program Pemerintah Tidak Dijadikan Ajang Kampanye

Bawaslu Seluma Ingatkan Program Pemerintah Tidak Dijadikan Ajang Kampanye ...

DPMD Seluma Segera Tindaklanjuti Penguduran Diri Kades Kungkai Baru

DPMD Seluma Segera Tindaklanjuti Penguduran Diri Kades Kungkai Baru ...

Terindikasi Ajang Kampanye, Program Sapa Warga Bupati Erwin Disorot Bawaslu

Terindikasi Ajang Kampanye, Program Sapa Warga Bupati Erwin Disorot...

Mahfud Semprot Gibran: Pertanyaan Receh, Ngarang dan Ngawur

Mahfud Semprot Gibran: Pertanyaan Receh, Ngarang dan Ngawur ...

Hadir di Bengkulu, Raffi Ahmad Disambut Histris Pendukung Prabowo

Hadir di Bengkulu, Raffi Ahmad Disambut Histris Pendukung Prabowo ...