kupasbengkulu.com – Psikolog Hendri mengungkapkan bahwa membentuk jati diri anak sekarang harus bersaing dengan teknologi yang semakin maju. Pasalnya pengaruh teknologi yang semakin maju tersebut semakin mempengaruhi anak.
“Anak pada tahap usia 13 tahun hingga 20 tahun masih fase tahap pencarian jati diri. Pada tahap inilah peran orang tua harus lebih memperhatikan anak,” kata Hendrik.
Hendri memberi contoh, pada saat anak tersebut menggunakan internet dan jejaring sosial seperti Facebook harus diberi arahan. Arahannya seperti menanyakan dahulu kegunaan jejaring sosial tersebut.
“Makanya orang tua jangan marah dahulu karena biasanya melihat dari media banyak kejahatan yang terjadi jejaring sosial maka orang tua beperan aktif dan mengerti kegunaan media jejaring sosial tersebut,” ujarnya.
Dikatakannya, orang tua jangan seperti kasus anak yang pernah meninggal di warnet karena kecanduan game online yang terjadi beberapa waktu yang lalu. Hal ini penyebabnya karena kurang kontrol dari orang tua sendiri yang tidak memperhatikan serta membebaskan kegiatan anak tanpa ada kontrol dari orang tua.
“Orang tua boleh membebaskan pergaulan anak, tapi kembali lagi orang tua perlu menanamkan pola fikir yang ia mau tapi jangan terlalu dimanja,” pungkasnya.
Selain itu, saat anak menonton acara televisi, orang tua harus memberi masukan kepada anak. Orang tua lebih memilih acara yang tepat untuk anak serta jadwalkan waktu untuk anak.
“Nonton TV orang tua harus menemani anak, pasti kalau ada adegan yang mengandung porno maka anak yang berusia 13 sampai 20 tahun tersebut akan malu,” jelasnya.
Dalam hal ini sebenarnya peran pemerintah, orang tua serta masyarakat yang harus mendukung batas-batas pergaulan anak. Sehingga hal ini anak lebih memfokuskan untuk sekolah dan menghindar dari bentuk kejahatan.(cr3)