kupasbengkulu.com – Sebanyak 150 pekerja pelipat surat suara Pemilu Legislatif (Pileg) di kantor KPU Kota Bengkulu, puluhan diantaranya merupakan sarjana.

Menurut salah seorang sarjana lulusan Sastra Inggris, Tiny, melipat surat suara jauh lebih baik daripada berdiam di rumah. Dengan statusnya sebagai sarjana, Tiny mengaku tidak malu bekerja sebagai pelipat surat suara.

“Ini hari kedua saya melipat surat suara. Saya tamat kuliah 2 tahun lalu, tapi belum dapat kerja. Daripada diam di rumah lebih baik melipat suara, lagipula tidak ada aturan kalau sarjana dilarang melipat suara,” ujarnya sambil tertawa, Kamis (13/3/2014).

Selain sarjana, pelipat surat suara di KPU Kota juga terdiri dari ibu rumah tangga, pekerja serabutan, guru maupun para lanjut usia. Untuk melipat surat suara umumnya masing pekerja mendapatkan jatah 1 dus surat suara yang berisi 1.000 lembar.

Agar pelipatan jatah surat suara lebih cepat diselesaikan, sebagian pekerja membawa rekan untuk membantu pekerjaan.

Para pekerja tersebut mendapatkan upah senilai Rp 200 per lembar. Jika seharinya pekerja mampu melipat 1.000 surat suara, maka penghasilannya perhari senilai Rp 200 ribu.

Salah seorang ibu rumah tangga, Nur, mengatakan ia telah 2 kali menjadi pekerja pelipat surat suara. Pendapatan dari melipat surat suara digunakan untuk kebutuhan rumah tangga.

“Pemilu tahun 2009 saya juga menjadi pelipat surat suara, lumayan pendapatannya bisa untuk kebutuhan pokok seperti beras, minyak goreng, bahkan untuk ongkos anak sekolah,” katanya.(beb)