Catatan Pinggir: Benny Hakim Benardie
Bila tak ada aralmelintang, agenda Pemerintah Provinsi Bengkulu, untuk Visit 2020 Wonderful Bengkulu akan terwujud untuk Negeri Bengkulu yang berkemajuan. Bila turism atau wisatawan lokal, manca negara rutin berkunjung, tentunya akan meningkatkan nilai pendapatan daerah, dan meningkatnya ekonomi kerakyatan,
Pertanyaan umumnya, tenggat waktu tinggal satu tahunan lagi ini, apa yang akan di bangun? Sudahkah menyiapkan sumber daya manusia untuk pemandu, pramuwisata? Sudahkan buah tangan dan buah cerita dipersiapkan dengan matang, agar wisatawan berkesan atau terkesan?
Belum lagi masalah menyambut, penjemputan wisatawan dari bandara Fatmawati di Padang Kemiling menuju hotel ( Transfer In ), hingga melayani wisatawan dari hotel (Transfer Out) dan lain sebagainya yang dibutuhkan. Termasuk “menjuluk” pundi-pundi yang di pemerintah pusat. Hanya mengingat, kalau waktu hanya tinggal setahun lebih beberapa hari saja yang tersisa.
Penulis ingin memberikan masukan, mengingatkan, bahwa peninggalan Inggris saat bercokol di Negeri Bengkulu (1650 – 1722), yang kini Provinsi Bengkulu, ada peninggalan budaya yang dapat dan punya nilai jual untuk kunjungan wisatawan. Termasuk budaya China dan India.
Saat Inggris menjadikan wilayah Bengkulu menjadi pusat perdagangan, banyak Negeri-negeri baru yang dibuka dan diberikannya nama mengfingat sifat, bentuk dan keadaan alam sekitar. Contoh Ketahun asal kata Cat Town berarti Kota Kucing. Manna, yang dalam Babel berarti roti atau makanan dari syurga.
Bintuhan atau Bin to Hand berarti perjanjian atau perikatan dibawah tangan, tidak tertulis. Bintunan atau Bin ti Nine berarti perjanjian atau perikatan sembilan dengan maksud sembilan butir perjanjian. Gunung Sailan (Silent) berarti sunyi. Lais (Sluice) berarti Pintu air. Tais (Tailess) berarti tak berekor. Seluma atau Selume (Slum) berarti kampung, dan lainnya. Termasuk infiltrasi pada bahasa daerah anak negeri.
Pengaruh China dapat kita temukan di daerah Lebong, tentang nama Sungai Lusang. Sungai yang berasal dari kata Lu – Shiangshe yang berarti Sungai Kejayaan atau Harapan. Hal sama pada nama Bengkulu yang akar kata dari Bengku dan Lu yang berarti Batang Air sebutan anak negeri untuk menunjuk pada sungai.
Untuk pengaruh budaya India dengan Hindu- Budhanya, terlekat pada nama daerah Muko-Muko, yang diambil dari kata Maco yaitu benda sakral yang dipakai dalam kebaktian umat Hindu – Budha, terbuat dari perunggu. Hanya dimiliki oleh orang tertentu atau akuwu dan ninggrat kala itu.
Daerah Tapan berarti Nampan atau talam. Ippoeh adalah tumbuh-tumbuhan yang getahnya mengandung racun. Biasanya untuk dilumuri di senjata agar ampuh. Berikutnya adalah nama Jenggalu yang diambil dari nama negeri di India, Djenggala.
Ada juga yang menyebutkan nama Jenggalu diambil dariu kata Cheng (Seribu) – Ke (Aroma) -Lu (Sungai) yang berati Sungai Seribu Arpma. Pengeseran kata Jinggalu itu terjadi saat Belanda berkuasa dengan aksennya menjadi Gengkelou, Jengkelou yang akhirnya anak negeri menyebutnya Jenggalu.
Dari paparan singkat diatas, penulis ingin memngatakan, pengetahuan yang ada itu dapat menjadi bahan bagi pemandu dalam bercerita tentang obyek atau letak obyek wisata kepada wisatawan. Tentunya ini mendukung nilai jual di Visit 2020 Wonderful Bengkulu nantinya.
Pemerhati Sejarah dan Budaya Bengkulu