kupasbengkulu.com – “Perut Punai“; kecil, bulat, dan melingkar. Disebut demikian karena bentuknya yang konon mirip dengan isi perut atau usus burung Punai oleh orang-orang zaman dahulu.
Kubers, jajanan khas Kota Bengkulu ini selalu laris manis di kalangan masyarakat maupun wisatawan yang datang ke Kota Bengkulu. Rasanya manis gurih dengan baluran karamel. Emmm,, yummyyy…!!
Rasanya yang nikmat pun sepadan dengan pembuatannya yang bisa dibilang susah-susah gampang. Terbuat dari bahan baku sederhana, tepung beras pilihan, dilengkapi gula aren, gula pasir, minyak goreng, air panas, dan sedikit garam.
Diceritakan Aini Kruspi, produsen sekaligus pemilik toko “Wemby” yang berlokasi di sentra jajanan khas Bengkulu, kawasan Anggut Atas, untuk menghasilkan 10 kotak Perut Punai, atau sekitar 300 buah, diperlukan waktu 4 jam dalam pengerjaannya.
So, bagi Kubers yang mau membuat jajanan Perut Punai, ini tips cara pembuatannya ala Aini “Wemby”.
Langkah pertama, tepung beras pilihan dicampur dengan air panas untuk langsung diaduk. Aini biasa mengaduknya dengan menggunakan sendok kayu, kemudian melanjutkan dengan mengadon menggunakan tangan hingga adonan pulen. Jangan lupa menggunakan sarung plastik yang dilapisi kain agar tangan tidak melepuh.
“Mengadon dalam keadaan panas sangat diwajibkan, karena kalau dibiarkan dingin adonan tersebut tidak akan menyatu. Jika sudah lihai, hanya diperlukan waktu sekitar 30 menit untuk mengadon 2,5 kilogram tepung beras,” anjur Aini.
Aini sudah melakoni pekerjaan ini sejak 8 tahun lalu. Resepnya didapat turun-temurun dari keluarganya. Awalnya Aini hanya menitipkan Perut Punai buatannya ke toko-toko. Hingga akhirnya bersama sang suami, Win Daman, mereka membuka toko “Wemby”.
Kembali lagi ke proses pembuatan Perut Punai nih Kubers, setelah proses pengadonan selesai, dimulailah proses pembentukan. Tepung beras yang sudah berubah menjadi adonan pulen, dibuat membentuk silinder tipis dan panjang dengan telapak tangan. Adonan tersebut dilingkarkan sebanyak tiga lapis dan dipipihkan dengan jari.
Tidak perlu lebar-lebar, ukuran Perut Punai hanya berdiameter sekitar 5 centimeter dan bisa dihabiskan dalam sekali gigit.
Adonan yang sudah jadi kemudian digoreng dengan menggunakan minyak panas dan api yang besar. Aini tak ingin menggunakan sembarang minyak, dia pilih yang berkualitas agar kue tahan lama dan tak mudah ‘tengik’.
“Proses menggoreng ini yang paling lama. Kita harus terus berada di dekat api besar yang tentunya sangat panas. Dalam menggoreng juga tidak boleh ditinggal-tinggal karena harus memastikan tingkat kematangan yang pas,” lanjutnya.
Setelah selesai digoreng, Perut Punai dibiarkan hingga dingin. Sambil menunggu, kita bisa membuat karamel dari bahan gula aren, gula pasir, dan sedikit garam yang sudah dipersiapkan sebelumnya.
Setelah karamel jadi, celupkan Perut Punai satu-persatu dan biarkan karamel meresap dan mengering. Selesailah proses pembuatan Perut Punai.
Untuk mematangkan usahanya, Aini kerap mengikuti pelatihan manajenen perdagangan yang sering diselenggarakan oleh Dinas Perindustrian dan UKM Kota Bengkulu.
“Kalau ikut pelatihan sudah sering. Tinggal dikirim ke pameran luar kota saja yang belum pernah,” candanya.
Tak hanya Perut Punai nih Kubers, masih banyak jajanan khas Kota Bengkulu yang akan dikupas selanjutnya. Nantikan terus di kupasbengkulu.com ya..
(val)