Sebuah naskah kuno ditemukan Tahun 116 SM di Tibet Republik Rakyat China berjudul, “Berniaga ke Negeri China” diawa pulang oleh paraa pedagang pelintas batas jalur sutra ke India. Kini naskah itu tersimpan di sebuah kuil.
Naskah itu banyak bercerita tentang Negeri Lu Shiangshe diseberang laut, Phaalas (Sumatera) yang makmur, perniagaannya mengunakan emas. Dari berita itulah salah satu meningkatnya imigran India dan China pada Tahun 200 Masehi di Chalava, Jakarta sekarang.
Perniagaan mengunakan emas itu sebagai alat tukar kala itu, dengan mengunakan pasir emas. Karena Sebelum Masehi, mata uang belum ada sebagai alat tukar, selain dua negeri yaitu Lu Shiangshe (Bengkulu) dan Phalimbam (Banten). Karena dua negeri inilah penghasil emas.
Sebagai catatan, di areal penambangan emas di Lebong Tandai Bengkulu Utara,Tahun 1972 masih ditemukan komplek pemakaman kuno Tionghoa abad ke-15. Letaknya dilereng gunung dengan kemirigan 45 derajat. Penemuan itu menunjukan bahwa sebelumnya telah ada penduduk pendatang yang mendiami kawasan tambang itu. Tak tutup kemugkinan, nenek moyang merekalah yang pertama memberikan nama Negeri Lu Shiangshe 264- 195 SM.
Pertanyaan yang terbetik adalah, akankah penguakan histoculture Negeri Bengkulu yang kaya raya ini dapat diungkap kembali? Negeri Lu Shiangshe yang berada di Provinsi Bengkulu saat ini, banyak diceritakan dalam syair Ramayana, para Ahli Ilmu Bumi dari Yunani, termasuk dari Negeri China itu sendiri.
Lebong Tandai. Foto BerkasCOLLECTIE TROPENMUSEUM
Sekali lagi penulis ingin mengatakan, semua itu tidak akan ada manfaatnya, selain konsumsi fantasi belaka. Paling tidak untuk program wonderful 2020 mendatang. Tentunya bila tidak ada kemauan dan dukungan dari Pemerintah Provinsi, kota serta kabupaten di Bengkulu, sejarah peradaban masa lalu negeri ini akan hilang dihebus angin barat.
Kisah Negeri Bengkulu
Nama Negeri Bengkulu, Lu Shiangshe disebut dalam peta yang dibuat Stabo 63 SM – 21 Masehi dari Ahli Bumi Bangsa Amasia Mesir. Peta yang dibuat Ahli Bumi Bangsa Yunani , Claudius Ptolemaeus 127 -151 Masehi juga menyebutkan, “Golzden Chersonese, Pulau Emas”.
Dalam Kitab Taurat (Perjanjian lama) yang ditemukan di Negeri Syria (Suriah) 350 SM, menceritakan kisah Nabi Sulaiman (600 SM) menceritakan kisa pelau Phoenisia yang belayar ke seluruh penjuru dunia untuk mencari ophir atau tambang emas.
Sebuah Syair Ramayana yang ditemukan 106 tahun setelah wafatnya Nabi Isa as disebutkan, “Periksalah baik-baik Javadwiva yang mempunyai tujuh buah kerajaan, yaitu Pulau Emas dan Perak yang dihiasi tukang-tukang emas”.
Selanjutnya di sebutka, “ Pulau itu sangat subur tanahnya dan banyak mengandung emas, mempunyai ibu negeri yang bernama Perak dan disebelah baratnya terdapat sebuah penyeberangan”. Bersambung
(Pemerhati Sejarah dan Budaya Bengkulu, Alumni Universitas Islam Djakarta)