
Kota Bengkulu, kupasbengkulu.com – Turunnya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) Premium dari Rp 7.600 ke Rp 6.600, dan Solar dari Rp 7.250 menjadi Rp 6.400 per liter, ternyata tidak sepenuhnya memuaskan hati para nelayan di Kota Bengkulu.
Bahkan, mereka menginginkan harga BBM dikembalikan ke harga semula, Rp 5.500 per liter. Hal ini karena dengan harga BBM yang sekarang, harga peralatan dan perlengkapan kapal tidak ikut mengalami penurunan, sedangkan harga ikan tetap tidak berubah.
“Kami berterimakasih pada pemerintah karena telah menurunkan harga BBM, tapi alangka baiknya kalau dikembalikan seperti dulu Rp 5.500 per liter. Berhubung karena kemarin ada kelonjakan harga BBM, untuk peralatan dan perlengkapan kapal ikut naik. Namun dengan turunnya harga BBM ini mereka tetap bertahan pada harga yang kemarin,” kata salah satu nelayan, A. Simanjuntak, Selasa (20/01/2015).
Tidak hanya itu, A. Simanjuntak mengatakan, pihaknya juga tidak nyaman dengan diperketatnya aturan tentang penggunan alat tangkap Trawl, karena membuat hasil tangkapan mereka turun drastis.
Disebutkannya, dengan ukuran kapal 25 GT, membutuhkan 15 drum atau 6 Ton BBM per delapan hari melaut. Biaya yang dikeluarkan sekali melaut mencapai Rp 25 juta dengan membawa 8-10 Anak Buah Kapal (ABK). Dengan pukat kantong (modifikasi) yang selama ini digunakan, apalagi dengan cuaca yang baik mereka bisa membawa pulang 3,5-4 ton ikan. Namun dengan pelarangan alat tangkap tersebut, hasil yang didapat hanya 1,5 ton, terlebih cuaca sedang tidak menentu seperti sekarang ini.
“Untuk sekarang rasanya ngos-ngosan, susah balik untung. Apalagi dengan diperketatnya aturan Menteri Kelautan tentang alat tangkap kami jadi kurang nyaman, sehingga mencari ikan tidak maksimal. Selama ini menggunakan alat tangkap pukat kantong (modifikasi), ini dianggap sama dengan Trawl, ilegal karena merusak ekosistem laut,” katanya.
“Kami biasa berlayar ke perairan Utara-Selatan lebih kurang 30 mil. Kelebihannya kalau menggunakan alat tangkap ini bisa mendapatkan ikan kecil-kecil, jadi hasilnya lebih banyak. Oleh karena itu kami minta pemerintah bagaimana jalan keluarnya agar kami tidak menggunakan alat yang ilegal, tapi hasil tangkapan kami tetap bisa maksimal seperti dulu,” pungkasnya.(val)