kupasbengkulu.com – Program Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca dan Pengendalian Pencemaran Limbah Domestik di Provinsi Bengkulu, saat ini telah bekerja sama dengan LIPI. Dengan  pembangunan IPAL Biogas dan Bio Elektrik di Pondok Pesantren (Ponpes) Pancasila Bengkulu.

Pembangunan tersebut dengan mengolah, kotoran hajat santri di ponpes menjadi gas metan yang bisa difungsikan sebagai sumber tenaga listrik dan gas untuk memasak. Cara tersebut, dilakukan dengan cara kotoran manusia maupun kotoran ternak sapi yang diintegrasikan menjadi toilet komunal dengan membangun IPAL. Cara tersebut salah satu upaya untuk menurunkan Gas Rumah Kaca (GRK) di Bengkulu.

”Untuk 200 orang kotoran manusia mampu menghasilkan enam meter kubik gas metan aliran listrik dan bisa dimanfaatkan untuk memasak selama delapan jam,” kata Budi Prawara dari Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatronik LIPI, Senin (24/3/2014), usai peresmian Pembangunan IPAL Biogas dan Bio Elektrik di Pondok Pesantren Pancasila Bengkulu kerjasama dengan LIPI dan Pemprov Bengkulu.

Ia menjelaskan, dalam 1 kilo gram kotoran manusia mampu menghasilkan 0,03 gas. Sementara satu ekor sapi mampu menghasilkan lebih banyak atau setara dengan 20 orang manusia. Dalam prosesnya, pengelolaan gas metan tersebut memiliki tiga tahapan.

”Pembangunan ini membutuhkan waktu tiga bulan. Kalau peralatan yang dibutuhkan dalam pembuatn gas metan sama sekali tidak begitu banyak mengeluarkan biaya,” jelas dia.

Pengelolaan gas metan dari kotoran manusia dan sapi ini, lanjut dia, sebelumnya sudah diterapkan di Ponpes Cipia Situ Bondo dengan jumlah santri mencapai 20 ribu. Selain itu, pembuatan gas metan diterapkan di Garut dengan sasaran pemukiman pemukiman warga setempat.(gie)