
Kota Bengkulu, kupasbengkulu.com – Ritual bagi-bagi angpao yang menjadi tradisi saat perayaan Tahun Baru Imlek ternyata tidak hanya dinanti oleh masyarakat yang merayakan Imlek, namun juga oleh masyarakat yang berada di sekitar area perayaan, seperti yang terjadi di Vihara Buddhayana, Kampung Cina Kota Bengkulu.
Angpao pada hakekatnya adalah amplop berwarna merah yang diisi lembaran uang sebagai hadiah, yang hanya diberikan kepada mereka yang belum menikah. Bagi mereka yang sudah bekerja tapi belum menikah dilarang memberikan angpao karena dianggap menjauhkan diri dari jodoh. Angpao biasa diberikan langsung, atau sering juga digantung di ‘pohon keberuntungan’ atau pohon Meihua.
Seperti halnya Inep, bocah berusia 8 tahun ini sudah sejak pagi berdiri di depan Vihara Buddhayana, berharap akan ada orang yang memberikan angpao sesudah melakukan sembahyang. Ini juga dilakukan oleh ibu Nurhayati warga Kampung Cina, ia bahkan mengerahkan keempat anaknya untuk ikut berbaris menanti angpao.
“Kadang ada yang mau ngasi angpao, kalau tahun kemarin dapat Rp 20 ribu,” kata Inep polos, Kamis (19/02/2015).
“Biasanya sih kita dapat angpao, lumayan uangnya buat jajan anak-anak,” sambung Nurhayati.
Bante Virya Nanda, biksu Vihara Buddhayana menyebutkan rangkaian kegiatan imlek sudah terlaksana sejak dua hari yang lalu, diisi dengan kegiatan peribadatan.
Makna shio Kambing Kayu yang menandai Tahun Baru Imlek 2566, menurutnya bukan berarti tahun yang keras hati melainkan tetap tegar dan ikhlas serta ingin berbagi kepada sesama.
“Kita membuat diskusi yang membahas makna imlek di dalam agama buddha agar menjadikan kita orang yang rendah hati. Orang yang berbahagia adalah yang selalu ingin berbagi kepada sesama, oleh karena itu lakukanlah dengan sepenuh hati,” pungkasnya. (val)