Jumat, April 19, 2024

Puisi Buya Hamka: BERJUMPA PULA

Oh kau kiranya  bertemu pula
Setelah 15 tahun kita berpisah
Janganlah gugup
sudahkah sembuh luka hatimu ?
di aku sudah !
Tapi payah aku melipur jejaknya
Parutnya masih terkesan di dadaku

15 tahun, bertemu pula
Setelah kita lalui jalan hidup masing-masing
maafkan daku, bersiapakah aku mestinya ?
adinda, kekasih, juwita ?
yang pernah kuucapkan di mukamu dulu
atau dalam surat-surat yang pernah ku ucapkan di mukamu dulu
tidak akan kuucapkan lagi
aku takut
ubat lekat pantang terlampau
kembali penyakit lama
-Ah, tidak ; aku mulai tua

15 tahun
sudah berapakah anakmu
adakah suamimu sehat saja
beruntung dalam rumah tangga
– tak usah gugup !

15 tahun
melihat kau yang sekarang, kuteringat kau yang dulu
kau yang ada dalam kenanganku
kau yang tergambar dalam hatiku
aku teringat
mudaku dan mudamu
semasa kita masih menyangka, alam boleh sekehendak kita

padahal : takdir tak mengizinkan kita bertemu
hidup kita tak dapat di padu menjadi satu
kau mengambil jalanmu sendiri – terpaksa atau tidak
dan akupun mengambil jalanku pula

15 tahun
aku telah berjalan, dan berjalan jua
tapi dalam sudut hatiku, kau telah menjadi pelita yang hidup
kaulah pelitaku
tanglongku
dalam kegelapan malam yang senyap sunyi
sehingga aku menjadi aku
walaupun kau tak merasa, barangkali

15 tahun
tertawa aku, tertangis aku
tersenyum tersedu
mendaki ku menurun
melereng ku mendatar
pernah ku naik, pernah ku jatuh
jatuh dan bangkit lagi
lalu berjalan jua
sahaja mati yang belum kurasai
sehingga aku menjadi aku
dan perjumpaan kita, 15 tahun yang lalu
adalah pendorong perjuangan hidupku, hari ini

setelah 15 tahun
kitapun berjumpa pula
aku dengan engkau
kau yang sekarang
maka teringatlah aku. kau yang dulu
kalau bukan lantaran kau yang dulu
tentulah air mataku tidakkan titik ke bumi
garam hidupku yang ku lalui
air mata itulah yang ku susun kembali
sesudah ia jatuh berderai bagai manik putus pengarang
kujadikan gubahan buat kau. kau yang dulu
sehingga aku menjadi aku

15 tahun……
alangkah cepatnya putaran jaman
wahai orang yang sekian lama terlukis di sudut hatiku
jangan engkau salah terima, wahai kau yang sekarang

sekiranya aku melihat tenang
merenung wajahmu
izinkanlah sejenak, aku mencari, mencari
aku ini kehilangan
dia. dia akan ku cari dalam ruang matamu
kau yang dulu

berjalan terus, dan teruslah
pikullah kewajiban yang telah di tentukan Tuhan
buat kau, dan akupun
meneruskan jalanku pula
berjalan dan berjalan jua
mendatar, melereng, mendaki dan menurun
kau lihat. rambut putih telah mulai ada di keningku
alamat sengitnya perjuangan yang telah kutempuh
dulu dan kuhadapi lagi
marilah bersama-sama, meneruskan perjalanan
melaksanakan hayat
jauh,…….. dan jauh lagi
hanya sebuah harapanku tinggal

semoga usia sama panjang
dapat berjumpa pula 15 tahun yang akan datang
mau atau tidak mau
kau………dan aku…….

 

Related

KUHP Tidak Berlaku untuk Kegiatan Kemerdekaan Pers

Kupas News, Jakarta - Walaupun Rancangan Undang-undang (RUU) Kitab...

Modus Mafia Tanah di Ruang Peradilan

Oleh : Elfahmi Lubis Mafia Tanah sudah menggurita dan telah...

Kaum “Rebahan” Ditengah Isu Kerakyatan

Dimana posisi kaum "rebahan" atau kaum "mager" yang didominasi...

Polemik RUU Sisdiknas, Maksimalkah Uji Publik?

Oleh: Dr. Emilda Sulasmi, M.Pd Mencermati draft Rancangan Undang-Undang Sistem...

Kiprah Parsadaan Harahap Hingga Duduki KPU RI

Sosok Persadaan Harahap atau yang sering disapa bang parsa,...