Rejang Lebong, kupasbengkulu.com – Pendapatan ekonomi dari sektor pertanian terus mengalami grafik penurunan selama beberapa tahun terakhir. Tercatat, di tahun 2012 sektor pertanian di Rejang Lebong menyumbang 54,32 persen dari total pendapatan ekonomi daerah.
Namun, tahun 2013, jumlahnya turun ke angka 53,92 persen atau turun sekitar 0,4 persen. Kejadian tersebut kembali berulang pada tahun 2014, dimana angka kembali turun ke angka 53,19 persen.
Hal ini dipaparkan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Rejang Lebong, Marwansyah dalam dialog interaktif di STIPER Rejang Lebong, Sabtu (07/02/2015).
Marwansyah menyebutkan, trend menurun ini berbanding terbalik dengan pemasukan ekonomi dari sektor yang lain.
”Ini sangat ironis, karena daerah kita adalah daerah yang subur dan potensi utamanya adalah pertanian,” ungkap Marwansyah.
Turunnya pendapatan domestik bruto dari sektor pertanian ini dianggap sebagai salah satu penyebab makin melambatnya pertumbuhan ekonomi di daerah ini. Trend pertumbuhan ekonomi di Rejang Lebong juga semakin melambat dalam tiga tahun terakhir.
Pada tahun 2012, pertumbuhan ekonomi naik sebesar 6,24 persen. Kenaikan tersebut semakin mengecil pada tahun berikutnya yakni sebesar 6,32 persen. Terakhir, pada tahun 2014 angka pertumbuhan makin mengecil ke angka 6,12 persen.
”Meskipun demikian, kita masih harus bersyukur karena pertumbuhan ekonomi terus positif,” lanjut Marwansyah.
Meskipun demikian, pertumbuhan ekonomi yang semakin melambat dikhawatirkan dapat mempengaruhi kesejahteraan masyarakat secara masif. Karena, berbanding terbalik dengan angka pertumbuhan ekonomi, laju pertumbuhan penduduk semakin meningkat pesat.
Tahun 2012, jumlah penduduk Rejang Lebong terhitung sebanyak 250.607 jiwa. Tahun berikutnya meningkat menjadi 250.986 jiwa sedangkan data terakhir menyebutkan angka penduduk Rejang Lebong berada di agka 253.020 jiwa.(vai)