
Bengkulu Tengah, kupasbengkulu.com – Setiap daerah tentunya memiliki nama yang terdapat latar belakang tersendiri. Konon, nama suatu daerah tersebut diberikan berdasarkan tragedi ataupun kejadian yang sempat terjadi di wilayah itu sendiri. Seperti halnya Desa Lubuk Sini Kecamatan Taba Penanjung Kabupaten Bengkulu Tengah.
Untuk menuju desa ini, dari Kota Bengkulu berjarak sekitar 35 kilometer, yang dapat ditempuh dengan jalur darat memakan waktu sekitar 45 menit.
Lantas apa yang melatarbelakangi nama desa yang berbatasan dengan Desa Karang Tengah dan Sukarami itu, sehingga desa tersebut diberi nama Desa Lubuk Sini?. kupasbengkulu.com sempat menemui, salah seorang tokoh masyarakat di desa tersebut, Simin (73).
Ia mengisahkan, Desa Lubuk sini beberapa tahun silam berada di atas lembah Lubuk yang dalam. Kala ini rumah penduduk didominasi dengan rumah panggung. Sebab, sewaktu itu desa tersebut masih tergolong hutan belantara. Sehingga masih banyak binatang buas yang berkeliaran di areal pemukiman warga.
Tidak hanya itu, Simin menceritakan, sekitar tahun 1940-an desa tersebut masih berada di atas tebing dekat lubuk Sungai, yang berdekatan dengan aliran Sungai Rindu Hati. Ia juga mengisahkan, jika di desa tersebut ada penampakan makhluk halus bertubuh setengah binatang atau yang disebut warga setempat dengan nama Duguk.
Penampakan makhluk halus tersebut, diceritakan pria yang akrab disapa Wak Har ini, jika penampakan duguk setiap kali muncul, selalu berbeda. Mulai dari badan keatas bertubuh manusia sementara tubuh kebawah sering menyerupai ular, harimau, kerbau, kambing. Selain itu, kemunculan Duguk tersebut, biasanya petang menjelang hari Magrib.
”Waktu itu ada lobang di tengah pemukiman warga. Lobang itu tembus ke dasar lubuk, dari lobang itulah Duguk sering muncul. Kemunculanya itu terkadang minta api, yang bila dibawa ke dasar air api itu tidak padam. Sampai suatu ketika duguk itu seperti berkelahi, ada yang bilang dia berkelahi dengan mahluk halus lainnya, yang kita tidak bisa melihat. Saat perkelahian itu berlangsung, ada warga yang memberanikan diri untuk menarik sehelai jenggotnya, jenggot itu ia simpan di kotak tembakau. tapi sekarang sudah tidak ada lagi, karena rumahnya terbakar,” kenang, Simin.
Pria uzur ini, kembali bercerita, istilah Duguk atau Semat Mateibilei Lekat (Iblis atau syaiten yang muncul di siang hari), zaman dahulu benar-benar menggemparkan warga. Sehingga warga setempat sempat mengungsi ke Desa Surau. Meskipun demikian, warga setempat masih ada yang bertahan di wilayah tersebut.
Ia kembali mengisahkan, kala itu warga setempat berniat untuk menutupi lobang tempat, dimana Duguk sering muncul. Cara itu dilakukan warga secara bergotong-royong, yang mana usaha penutupan lobang itu dengan cara menggulingkan batu ukuran besar. Sayangnya, usaha tersebut tidak membuahkan hasil.
Berselang beberapa hari kemudian, kata Pak Har, datang salah seorang warga yang tidak diketahui asalnya. Berhasil mengangkat batu ukuran besar tersebut, dan menutupi lobang tempat Duguk muncul.
Namun, kejadian penutupan lobang tersebut membuat Duguk, Marah. Hal tersebut ditandai dengan, acap kalinya si Duguk muncul dan menampakkan diri ke desa. Baik itu saat siang hari, sore hari serta malam hari. Akibat kemunculan tersebut, warga yang masih bertempat tinggal di desa tersebut memilih untuk mengungsi ke desa tetangga, yakni Desa Surau Kecamatan Taba Penanjung.
Merasa terusik dengan keberadaan Duguk, warga asing yang memiliki ‘Kesaktian’ yang tidak diketahui asalnya tersebut, kembali memberikan pertolongan kepada warga setempat. Singkat cerita orang asing tersebut berhasil mengalahkan Duguk.
Sementara orang asing itu, menderita sakit dan akhirnya meninggal dunia. Oleh warga setempat jasad orang tersebut, dikebumikan di dekat Lubuk tepatnya di bawah batang karet besar.
”Suasana mistik saat itu semakin menyeramkan dan akhirnya warga pindah ke Desa Lubuk sini,” kisah pak Har.(**)
Penulis : Dodi Irianto, Kabupaten Bengkulu Tengah.