Kota Bengkulu, kupasbengkulu.com – Pengamat Politik, Heri Budianto, menilai sesungguhnya perpecahan yang terjadi di tubuh Partai Golkar membuat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) sebagai Ketua Koalisi Indonesia Hebat (KIH) tidak begitu nyaman. Heri melihat ada tarik-menarik politik personal di dalam situasi Golkar.
“Kalkulasi politiknya kalau misalnya kubu Agung Laksono yang disahkan oleh pemerintah, maka itu adalah ancaman serius bagi pemerintahan yang dipimpin Jokowi, terutama PDI-P. Karena kecenderungan Golkar di bawah pimpinan Agung akan merapat kepada Jusuf Kalla (JK),” terang Heri, Selasa (09/12/2014).
Menurut Heri, jika JK memiliki kendaraan politik maka pergerakannya akan sangat lincah. Sedangkan indikasinya, JK sebagai ketua dewan pertimbangan sudah menolak secara tegas hasil Munas Bali, dan ini artinya pergerakan kubu Agung Laksono didukung JK sebagai tokoh senior secara politik.
“Tentu saya kira kecermatan itu yang perlu dilihat oleh PDI-P. Kita tahu bagaimana JK kalau memiliki kendaraan politik, beliau akan sangat lincah dan ini pasti membuat PDI-P tidak akan nyaman,” lanjutnya.
Sementara menurut Heri, perpecahan Partai Golkar di tingkat bawah tentu tidak bisa dihindari, tapi tidak akan bersifat masif. Melihat dari pelaksanaan Munas Bali, Dewan Pimpinan Daerah (DPD) I dan II yang hadir lebih banyak dan mereka adalah para pengurus inti.
“Mungkin yang menjadi celah politik untuk menghantam kubu Aburizal Bakrie ini karena proses penunjukkan kembali ARB dilakukan secara aklamasi, dan kemudian banyak dituduh oleh pihak-pihak itu direkayasa. Ini akan solid sepanjang DPD I dan II komitmen terhadap hasil Munas Bali. Tapi kalau nanti ada ketidak puasan atau ‘masuk angin’ di tengah, maka pembelotan politik tidak bisa dihindari,” demikian Heri. (val)